Selasa, 28 April 2009



KONSEP TEORI ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PD PAYAH JANTUNG-ODEM PARU
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PAYAH JANTUNG , ODEM PARU DAN GAGAL NAFAS

A. Konsep dasar
Gagal nafas yang terjadi pada klien dengan hard heart failure merupakan suatu proses sistematis yang biasanya merupakan peristiwa yang panjang dan berakhir dengan kegagalan fungsi jantung yang memicu terjadinya bendungan pada paru sehingga terjadi "dead space" yang berakibat kegagalan ventilasi alveolar.(Paul L.Marino 1991)


B Pengkajian
a. Identitas:

b.Keluhan utama : Jantung berdebar-debar dan nafas sesak

c. Riwayat keperawatan :
Klien merasakan jantungnya sering berdebar-debar dan nafas menjadi sesak dan terasa lelah jika beraktivitas.. Riwayat hipertensi , DM, , Asthma ,Riwayat MRS

d. Data keperawatan
(a) Sistem pernafasan

Data Etiologi Diagnose
S : Sesak nafas sejak, pusing PaO2 <>20 X/mnt, Rh , Wh , Retraksi otot pernafasan, produksi sekret banyak
Dekompensasi ventrikel kiri

Bendungan paru
(odem paru) Resiko tinggi terjadi ketidakefektifan bersihan jalan nafas
Resiko tinggi gangguan pertukaran gas b.d adanya odem paru sekunder dekompensasi ventrikel kiri

(b) Sistem kardiovaskuler
Data Etologi Diagnose
S : Kepala pusing, jantung berdebar-debar, badan terasa lemah, kaki bengkak s
O : Bendungan vena jugularis (+), S1S2 ireguler S3 (+), Ictus kordis pada pada iccs 5-6, bergeeser ke kiri, Acral dingin, keluar keringat dingin, odem - - Kap.refill > 1-2dt
+ +
Dekompensasi kordis

penurunan kontraktilitas jantung

penurunan tekanan darah

Syok

Ggn perfusi ke jaringan
Ggn perfusi jaringan b.d penurunan kotraktilitas jantung

(c) Rasa aman
Data Etiologi Diagnosis
S : Gelisah, mengeluh nyeri dan rasa tidak enak
O : Tidak tenang, ingin mencabut alat yang terpasang, Persaan tidak enak kaena terpasang alat ventilator,

aktivitas tak terkontrol

Resiko terjadi trauma
Resiko terjadi trauma b.d kegelisahan sebagai dampak pemasangan alat bantu nafas
Cemas b.d ancaman terhadap kematian
S : Gelisah,
O : Tidak tenang, ingin mencabut alat yang terpasang Ruangan dengan berbagai alat
Suara monitor penyakit yg mengancam jiwa

Lingkungan yang asing

cemas
Cemas b.d ancaman kematian, situasi lingkungan perawatan dan disorientasi tempat.

Gangguan komunikasi verbal


C. Rencana Tindakan

Dx: Gangguan perfusi jaringan b.d penurunan kontraktilitas otot jantung
Tujuan : Setelah dirawat selama 3X 24 jam T : 120/80, N : 88X/mnt, Urine 40-50 cc/jam, pusing hilang
Rencana Tindakan Rasional
- Berikan posisi syok
- Observasi vital sign (N : T : S ) dan kapilarri refill setiap jam

- Kolaborasi:
- Pemberian infus RL 28 tts/menit
- Foto thorak
- EKG
- Lanoxin IV 1 ampul
- Lasix 1 ampul
- Observasi produksi urin dan balance cairan
- Periksan DL - Memenuhi kebutuhan pefusi otak
- Untuk mengetahui fungsi jantung dalam upaya mengetahui lebih awal jika terjadi gaguann perfusi

- RL untuk memenuhi kebutuhan cairan intra vaskuler, mengatasi jika terjadi asidosis mencegah kolaps vena.
- Untuk memastikan aanatomi jantung dan melihat adanya edema paru.
- Untuk melihat gambaran fungai jantung
- Memperkuat kontraktilitas otot jantung
- Meningkatkan perfusi ginjal dan mengurangi odem
- Melihat tingkat perfusi dengan menilai optimalisasi fungsi ginjal.
- Untuk melihat faktor-faktor predisposisi peningkatan fungsi metabolisme klliensehingga terjadi peningkatan kerja jantung.

Dx Resiko ganguan pertukaran gas
Tujuan : Setelah dirawat selama 3X24 jam RR : 18 X/mnt, sesak (-), BGA normal paO2 95-100 %
Rencana Tindakan Rasionalisasi
- Lapangkan jalan nafas dengan mengektensikan kepala
- Lakukan auskultasi paru
- Lakukan suction jika ada sekret
- Berikan O2 per kanul 6-10lt/mnt atau bantuan nafas dengan ventilator sesuai mode dan dosis yang telah ditetapkan.

- Kolaborasi pemeriksaan
- BGA dan SaO2
- Orbservasi pernafasan observasi seting ventilator
- Untuk meningkatkan aliran udara sehingga suply O2 optimal
- Untuk mengetahui adanya sekret
- Meningkatkan bersihan jalan nafas
- Untuk meningkatkan saturasi O2 jaringan
- Untuk mengetahui optimalisasi fungsi pertukaran gas pada paru
- Untuk membantu fungsi pernafasan yang terganggu


Dx : Resiko terjadi ketidak efektifan bersihan jalan nafas b.d tidak adanya reflek batuk dan produksi sekret yang banyak
Tujuan : Setelah dirawat tidak terjadi sumbatan jalan nafas, stridor (-), dyspnoe (-), sekret bersih

Tindakan Rasionalisasi
- Auskultasi bunyi nafas tiap 2 - jam
- Lakukan suction jika terdengar stridor/ ronchi sampai bersih.
- Pertahankan suhu humidifier 35-37,5 derajat
- Monitor status hidrasi klien
- Lakukan fisiotherapi nafas
- Kaji tanda-tanda vital sebelum dan setelah tindakan - Memantau keefektifan jalan nafas
- Jalan nafas bersih, sehingga mencegah hipoksia, dan tidak terjadi infeksi nasokomial.
- Membantu mengencerkan sekret

- Mencegah sekret mengental
- Memudahkan pelepasan sekret
- Deteksi dini adanya kelainan

Dx : Ketidakefektifan pola nafas b.d dengan kelelahan, pengesetan ventilator yang tidak tepat, obstruksi ETT
Tujuan : Setelah dirawat nafas sesuai dengan irama ventilator, volume nafas adekuat, alarm tidak berbunyi
Rencana Tindakan Rasionalisasi
- Lakukan pemeriksaan ventilator tiap 1-2 jam
- Evaluasi semua ventilator dan tentukan penyebabnya
- Pertahankan alat resusitasi bag & mask pada posisi TT sepanjang waktu
- Evaluasi tekanan atau kebocoran balon cuff
- Masukka penahan gigi
- Amankan selang ETT dengan fiksasi yg baik
- Monitor suara nafas dan pergerakan dada - Deteksi dini adanya kelainan pada vntilator
- Bunyi alarm pertanda ggn fungsi ventilator
-Mempermudah melakukan pertolongan jika sewaktu[waktu ada gangguan fungsi ventilator
- Mencegah berkurangnya aliran udara nafas
- Mencegah tergigitnya selang ETT
- Mencegah selang ETT tercabut
- Evaluasi keefektifan pola nafas

Dx : Resiko terjadi trauma b.d kegelisahan sebagai efek pemasangan alat bantu nafas
Tujuan :
Setelah dirawat klien tidak mengalami iritasi pd jalan nafas, idak terjadi baro taruma, tidak terjadi keracunan O2, tidak terjadi infeksi saluran nafas, suhu tubuh 36,5-37 derajat celcius
Tindakan Rasionalisasi
- Orientasikan klien tentang alat perawatan yang digunakan
- Jika perlu lakukan fiksasi
- Rubah posisi setiap 2 jam
- Yakinkan nafas klien sesuai dengan irama vetilator
- Obsevasi tanda dan gejala barotrauma
- Kolaborasi penggunaan sedasi
- Evaluasi warna dan bau sputum
- Lakukan oral hygiene setiap hari
- Ganti slang tubing setiap 24-72 jam
- Kolaborasi pemberian antibiotika
- Agar klien memahami peran dan fungsi serta sikap yang harus dilakukan klien
- Untuk mencegah trauma
- Untuk mencegah timbulnya trauma akibat penekanan yang terus menerus pada satu tempat.
- Mencegah fighting sehingga trauma bisa dicegah
- Untuk deteksi dini
- Untuk mencegah fighting
- Monitor dini terjadini infeksi skunder
- Mencegah infeksi skunder
- Menjamin selang ventilator steril
- Sebagai profilaksis

Dx : Cemas b.d disorientasi ruangan dan ancaman akan kematian
Tujuan : Setelah dirawat kien kooperatif, tidak gelisah dan tenang
Tindakan Rasional
- Lakukan komunikasi terapeutik
- Berikan orientasi ruangan
- Dorong klien agar mengepresikan perasaannya
- Berikan suport mental
- Berikan keluarga mengunjungi pada saat-saat tertentu
- Berikan informasi realistis sesuai dengan tingkat pemahaman klien - Membinan hubungan saling percaya
- Mengurangi stress adaptasi
- Menggali perasaan dan masalah klien
- Mengurangi cemas dan meningkatkan daya tahan klien
- Untuk meningkatkan semangat dan motivasi
- Agar klien memahami tujuan perawatan yang dilakukan.

Daftar pustaka :
Marini L. Paul (1991) ICU Book, Lea & Febriger, Philadelpia
Tabrani (1998), Agenda Gawat Darurat, Pembina Ilmu, Bandung
Carpenitto (1997) Nursing Diagnosis, J.B Lippincott, Philadelpia
Hudack & Galo (1996), Perawatan Kritis; Pendekatan Holistik, EGC , Jakarta

DEMAM THIPOIT


ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN ANAK DENGAN THIPOID

A. PENGERTIAN

Demam tifoid adalah penyakit menular yang bersifat akut, yang ditandai dengan bakterimia, perubahan pada sistem retikuloendotelial yang bersifat difus, pembentukan mikroabses dan ulserasi Nodus peyer di distal ileum. (Soegeng Soegijanto, 2002)

Tifus abdominalis adalah suatu infeksi sistem yang ditandai demam, sakit kepala, kelesuan, anoreksia, bradikardi relatif, kadang-kadang pembesaran dari limpa/hati/kedua-duanya. (Samsuridjal D dan heru S, 2003)

B. PENYEBAB

Salmonella typhi yang menyebabkan infeksi invasif yang ditandai oleh demam, toksemia, nyeri perut, konstipasi/diare. Komplikasi yang dapat terjadi antara lain: perforasi usus, perdarahan, toksemia dan kematian. (Ranuh, Hariyono, dan dkk. 2001)

Etiologi demam tifoid dan demam paratipoid adalah S.typhi, S.paratyphi A, S.paratyphi b dan S.paratyphi C. (Arjatmo Tjokronegoro, 1997)

C. PATOFISIOLOGIS

Transmisi terjadi melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi urin/feses dari penderita tifus akut dan para pembawa kuman/karier.

Empat F (Finger, Files, Fomites dan fluids) dapat menyebarkan kuman ke makanan, susu, buah dan sayuran yang sering dimakan tanpa dicuci/dimasak sehingga dapat terjadi penularan penyakit terutama terdapat dinegara-negara yang sedang berkembang dengan kesulitan pengadaan pembuangan kotoran (sanitasi) yang andal. (Samsuridjal D dan heru S, 2003)

Masa inkubasi demam tifoid berlangsung selama 7-14 hari (bervariasi antara 3-60 hari) bergantung jumlah dan strain kuman yang tertelan. Selama masa inkubasi penderita tetap dalam keadaan asimtomatis. (Soegeng soegijanto, 2002)

PATHWAYS

Salmonella typhosa

Saluran pencernaan

Diserap oleh usus halus

Bakteri memasuki aliran darah sistemik

Kelenjar limfoid Hati Limpa Endotoksin

usus halus



Tukak Hepatomegali Splenomegali Demam



Pendarahan dan Nyeri perabaan

perforasi Mual/tidak nafsu makan



Perubahan nutrisi



Resiko kurang volume cairan

(Suriadi & Rita Y, 2001)

D. GEJALA KLINIS

Gejala klinis pada anak umumnya lebih ringan dan lebih bervariasi dibandingkan dengan orang dewasa. Walaupun gejala demam tifoid pada anak lebih bervariasi, tetapi secara garis besar terdiri dari demam satu minggu/lebih, terdapat gangguan saluran pencernaan dan gangguan kesadaran. Dalam minggu pertama, keluhan dan gejala menyerupai penyakit infeksi akut pada umumnya seperti demam, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah, diare, konstipasi, serta suhu badan yang meningkat.

Pada minggu kedua maka gejala/tanda klinis menjadi makin jelas, berupa demam remiten, lidah tifoid, pembesaran hati dan limpa, perut kembung, bisa disertai gangguan kesadaran dari ringan sampai berat. Lidah tifoid dan tampak kering, dilapisi selaput kecoklatan yang tebal, di bagian ujung tepi tampak lebih kemerahan. (Ranuh, Hariyono, dan dkk. 2001)

Sejalan dengan perkembangan penyakit, suhu tubuh meningkat dengan gambaran ‘anak tangga’. Menjelang akhir minggu pertama, pasien menjadi bertambah toksik. (Vanda Joss & Stephen Rose, 1997)

Gambaran klinik tifus abdominalis

Keluhan:

- Nyeri kepala (frontal) 100%

- Kurang enak di perut ³50%

- Nyeri tulang, persendian, dan otot ³50%

- Berak-berak £50%

- Muntah £50%

Gejala:

- Demam 100%

- Nyeri tekan perut 75%

- Bronkitis 75%

- Toksik >60%

- Letargik >60%

- Lidah tifus (“kotor”) 40%

(Sjamsuhidayat,1998)

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan Darah Perifer Lengkap

Dapat ditemukan leukopeni, dapat pula leukositosis atau kadar leukosit normal. Leukositosis dapat terjadi walaupun tanpa disertai infeksi sekunder.

2. Pemeriksaan SGOT dan SGPT

SGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan kembali normal setelah sembuh. Peningkatan SGOT dan SGPT ini tidak memerlukan penanganan khusus

3. Pemeriksaan Uji Widal

Uji Widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap bakteri Salmonella typhi. Uji Widal dimaksudkan untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum penderita Demam Tifoid. Akibat adanya infeksi oleh Salmonella typhi maka penderita membuat antibodi (aglutinin) yaitu:

· Aglutinin O: karena rangsangan antigen O yang berasal dari tubuh bakteri

· Aglutinin H: karena rangsangan antigen H yang berasal dari flagela bakteri

· Aglutinin Vi: karena rangsangan antigen Vi yang berasal dari simpai bakter.

Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglitinin O dan H yang digunakan untuk diagnosis Demam Tifoid. Semakin tinggi titernya semakin besar kemungkinan menderita Demam Tifoid. (Widiastuti Samekto, 2001)

F. TERAPI

1. Kloramfenikol. Dosis yang diberikan adalah 4 x 500 mg perhari, dapat diberikan secara oral atau intravena, sampai 7 hari bebas panas

2. Tiamfenikol. Dosis yang diberikan 4 x 500 mg per hari.

3. Kortimoksazol. Dosis 2 x 2 tablet (satu tablet mengandung 400 mg sulfametoksazol dan 80 mg trimetoprim)

4. Ampisilin dan amoksilin. Dosis berkisar 50-150 mg/kg BB, selama 2 minggu

5. Sefalosporin Generasi Ketiga. dosis 3-4 gram dalam dekstrosa 100 cc, diberikan selama ½ jam per-infus sekali sehari, selama 3-5 hari

6. Golongan Fluorokuinolon

· Norfloksasin : dosis 2 x 400 mg/hari selama 14 hari

· Siprofloksasin : dosis 2 x 500 mg/hari selama 6 hari

· Ofloksasin : dosis 2 x 400 mg/hari selama 7 hari

· Pefloksasin : dosis 1 x 400 mg/hari selama 7 hari

· Fleroksasin : dosis 1 x 400 mg/hari selama 7 hari

7. Kombinasi obat antibiotik. Hanya diindikasikan pada keadaan tertentu seperti: Tifoid toksik, peritonitis atau perforasi, syok septik, karena telah terbukti sering ditemukan dua macam organisme dalam kultur darah selain kuman Salmonella typhi. (Widiastuti S, 2001)

G. KOMPLIKASI

Perdarahan usus, peritonitis, meningitis, kolesistitis, ensefalopati, bronkopneumonia, hepatitis. (Arif mansjoer & Suprohaitan 2000)

Perforasi usus terjadi pada 0,5-3% dan perdarahan berat pada 1-10% penderita demam tifoid. Kebanyakan komplikasi terjadi selama stadium ke-2 penyakit dan umumnya didahului oleh penurunan suhu tubuh dan tekanan darah serta kenaikan denyut jantung.Pneumonia sering ditemukan selama stadium ke-2 penyakit, tetapi seringkali sebagai akibat superinfeksi oleh organisme lain selain Salmonella. Pielonefritis, endokarditis, meningitis, osteomielitis dan arthritis septik jarang terjadi pada hospes normal. Arthritis septik dan osteomielitis lebih sering terjadi pada penderita hemoglobinopati. (Behrman Richard, 1992)

H. ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DEMAM TIPOID

A. PENGKAJIAN

1. Riwayat keperawatan

2. Kaji adanya gejala dan tanda meningkatnya suhu tubuh terutama pada malam hari, nyeri kepala, lidah kotor, tidak nafsu makan, epistaksis, penurunan kesadaran

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak ada nafsu makan, mual, dan kembung

3. Risiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan kurangnya intake cairan, dan peningkatan suhu tubuh

C. PERENCANAAN

1. Mempertahankan suhu dalam batas normal

· Kaji pengetahuan klien dan keluarga tentang hipertermia

· Observasi suhu, nadi, tekanan darah, pernafasan

· Berri minum yang cukup

· Berikan kompres air biasa

· Lakukan tepid sponge (seka)

· Pakaian (baju) yang tipis dan menyerap keringat

· Pemberian obat antipireksia

· Pemberian cairan parenteral (IV) yang adekuat

2. Meningkatkan kebutuhan nutrisi dan cairan

· Menilai status nutrisi anak

· Ijinkan anak untuk memakan makanan yang dapat ditoleransi anak, rencanakan untuk memperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan anak meningkat.

· Berikan makanan yang disertai dengan suplemen nutrisi untuk meningkatkan kualitas intake nutrisi

· Menganjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan teknik porsi kecil tetapi sering

· Menimbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama, dan dengan skala yang sama

· Mempertahankan kebersihan mulut anak

· Menjelaskan pentingnya intake nutrisi yang adekuat untuk penyembuhan penyakit

· Kolaborasi untuk pemberian makanan melalui parenteral jika pemberian makanan melalui oral tidak memenuhi kebutuhan gizi anak

3. Mencegah kurangnya volume cairan

· Mengobservasi tanda-tanda vital (suhu tubuh) paling sedikit setiap 4 jam

· Monitor tanda-tanda meningkatnya kekurangan cairan: turgor tidak elastis, ubun-ubun cekung, produksi urin menurun, memberan mukosa kering, bibir pecah-pecah

· Mengobservasi dan mencatat berat badan pada waktu yang sama dan dengan skala yang sama

· Memonitor pemberian cairan melalui intravena setiap jam

· Mengurangi kehilangan cairan yang tidak terlihat (Insensible Water Loss/IWL) dengan memberikan kompres dingin atau dengan tepid sponge

· Memberikan antibiotik sesuai program

(Suriadi & Rita Y, 2001)

I. DISCHARGE PLANNING

1. Penderita harus dapat diyakinkan cuci tangan dengan sabun setelah defekasi

2. Mereka yang diketahui sebagai karier dihindari untuk mengelola makanan

3. Lalat perlu dicegah menghinggapi makanan dan minuman.

4. Penderita memerlukan istirahat

5. Diit lunak yang tidak merangsang dan rendah serat

(Samsuridjal D dan Heru S, 2003)

6. Berikan informasi tentang kebutuhan melakukan aktivitas sesuai dengan tingkat perkembangan dan kondisi fisik anak

7. Jelaskan terapi yang diberikan: dosis, dan efek samping

8. Menjelaskan gejala-gejala kekambuhan penyakit dan hal yang harus dilakukan untuk mengatasi gejala tersebut

9. Tekankan untuk melakukan kontrol sesuai waktu yang ditentukan.

(Suriadi & Rita Y, 2001)

DAFTAR PUSTAKA

1. Arif Mansjoer, Suprohaitan, Wahyu Ika W, Wiwiek S. Kapita Selekta Kedokteran. Penerbit Media Aesculapius. FKUI Jakarta. 2000.

2. Arjatmo Tjokronegoro & Hendra Utama. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi ke Tiga. FKUI. Jakarta. 1997.

3. Behrman Richard. Ilmu Kesehatan Anak. Alih bahasa: Moelia Radja Siregar & Manulang. Editor: Peter Anugrah. EGC. Jakarta. 1992.

4. Joss, Vanda dan Rose, Stephan. Penyajian Kasus pada Pediatri. Alih bahasa Agnes Kartini. Hipokrates. Jakarta. 1997.

5. Ranuh, Hariyono dan Soeyitno, dkk. Buku Imunisasi Di Indonesia, edisi pertama. Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta. 2001.

6. Samsuridjal Djauzi dan Heru Sundaru. Imunisasi Dewasa. FKUI. Jakarta. 2003.

7. Sjamsuhidayat. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi revisi. EGC. Jakarta. 1998.

8. Soegeng Soegijanto. Ilmu Penyakit Anak, Diagnosa dan Penatalaksanaan. Salemba Medika. Jakarta. 2002.

9. Suriadi & Rita Yuliani. Buku Pegangan Praktek Klinik Asuhan Keperawatan pada Anak. Edisi I. CV Sagung Seto. Jakarta. 2001.

10. Widiastuti Samekto. Belajar Bertolak dari Masalah Demam Typhoid. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. 2001.

11. http://www.tempointeraktif.com/hg/nusa/jawamadura/2005/02/03brk

Rabu, 22 April 2009

For MyPermaisuri


PerMySuri

Selasa, 24 maret 2009, Mes Perawat RSUP H. Adam Malik. Medan…..

Awal sebuah kisah dimana kurasa bulan kupeluk dan bintang ku genggam….. sehingga tak rela untuk melepasnya….. kisah yang membuat saya rela mengorbankan segalanya demi orang yang disayang….. jam menunjukkan pukul 19.00 wib.. perut mulai berorasi…. Menyurakan Hasrat…. Kuberanjak bersiap-siap untuk makan malam….. kutenteng pelastik pembungkus sabun…. Ku sambar handuk… lalu ambil ancang-ancang untuk langkah seribu lari dari kamar ke kamar mandi yang berada sekitar 15 m dari kamar tidur…. (Maklum asrama) setelah sampai dikamar mandi semua atribut kebesaran kerajaan kulepas…. Kukenakan pakaian tarzan ku…. Hehehehe… (begitu kata teman-teman yang melihat basahan mandi ku)…. Langsung byar….. byur….. byer….. gosok sana… gosok sini…. Sambar handuk lagi…. Wussssss….. seperti maling dikejar polisi keluar dari kamar mandi….. sesampainya di kamar…. Kupilih Kostum kebanggaan yang terbaik menurutku, untuk makan malam yang banyak dihadiri para selir-selir yang mempunyai ekor nama AMK, AMKeb, AMG…. hehehehe… setelah semua atribut melekat di badan…. Ku keruk selai untuk menjinakkan landak ku….. hehehe… (maksudnya rambut gue.. semua orang yang ngelihat rambut saya pasti bilang la……..nnnnn….daa..aaaa….kkkkkk….. jangan dekat tukang balon…. And kalo tukang jual buah pake selai datang aku tambah diejeki…. bussssssyeeeeeet….. orang itu gaktau kalo ini anugerah ilahi…. Smua ngejek…… ) ceplak… cepluk… sret,, sret…. Ku poles dengan anggun bagaikan seorang maestro pematung ulung yang di kagumi sepanjang masa…. Jreeeeng….. jadilah landaknya….. setelah itu….. ku berhenti sebentar…. Ada yang kurang…. Oooo…. Yaaayaya…. Semprotan nyamuknya belum…… Sroottttt wuessssss…… terasa lah bau yang menyengat….. yang kalau kamu ngeciumnya……. Wehehehe… pasti…… suka ma gueee….. karna farfum gue itu mereknya paling suka di tongkrongi ma kuntilanak….. CasSABLANCA…… JreeeEEEEngggg….. Selamat malam Asrama Gua Siap Tuk Berpesta….. Jeggerekkkk…. Gerbang Pintu terbuka… Lalu Ambil ancang2X…. Langkah Pertama…. Eeeiiiiiiiiiitttttttttttt…tttttt…. CIIIIiiiiiiiiiiiiitttttttttt…… Untung Remnya Gak Blong….. ada yang tinggal…. Perisai Ma pedangnya blumm di bawa…. Putar 180 derjat…. Balik Kekamar lalu ambil sendok ma piring…. (Kalo mau makan diasrana harus bawa piring jatahan yang dikasi waktu baru masuk…… Hehehe… gak kek di rumah dah serba terhidang….. HMmm… itung itung belajar susah dan mandiri….) Setelah pirng ma sendok saya ambil lalu saya berangkat melewati lorong-lorong Penghubung antara Negeri yang satu dengan negeri yang lain….. jauh sih kalo di pandang dengan fikiran tetapi dekat apabila dengan hati…. Dalam perjalanan kemerasa sangat senang dan gembira karena akan jumpa dengan banyak selir-selir dari negeri tetangga… setelah sampai di acara makan malam… langsung aja ambil makanan lalu memilih tempat duduk yang menurut gua strategis…. Kurebahkan badan diatas kursi… lalu makan dengan berlahan-lahan… diantara sulangan demi sulangan nasi kumerasa ada semilir angin dari timur yang mengalir syahdu… yang membawa kedamaian nan indah…. Yang membuat hati merasa terbuai dikala kegundahan melanda…. Menemani dikala sepi…. Menghibur dikala sendiri…. Dan menghidupkan taman hati yang telah hampa dan sunyi….. hati ku bertanya apakah gerangan yang melanda…. Lalu kumencoba melirik diantara celah-celah belaian desir angin… dan….. dan… dan…. Daaaaaaaaaaaaannnnnnnnnn….. tebak teman siapa yang ada dihadapanku…… dalam sekejap…..


TO BE CONTINUE……

Jumat, 17 April 2009

JUDUL KTI KEBIDANAN


































  1. HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN RUPTURE PERINEUM PERSALINAN NORMAL PADA PRIMIGRAVIDA DI BPS XXX
  2. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEENGANAN AKSEPTOR KB UNTUK MENGGUNAKAN ALAT KONTRASEPSI IUD DI PUSKESMAS XXX
  3. ANALISA SENAM HAMIL PADA IBU HAMIL DI KELAS IBU DI POSYANDU XXXX
  4. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT IBU TERHADAP PEMAKAIAN KONTRASEPSI IMPLANT DI DESA XXX (BAB I, II, III, IV, V)
  5. KEPATUHAN IBU HAMIL DALAM MENGKONSUMSI TABLET FE DI BPS XXX
  6. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN VITAMIN A PADA BAYI OLEH KADER DI POSYANDU WILAYAH PUSKESMAS XXX
  7. KARAKTERISTIK PELAKSANAAN SENAM LANSIA DI POSYANDU LESTARI DESA XXX (BAB I, II, III, IV, V)
  8. PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG TUMBUH KEMBANG BAYI DAN BALITA DI DESA XXX (BAB I, II, III, IV, V)
  9. PENGETAHUAN REMAJA AWAL (11-13 TAHUN) TENTANG PENGERTIAN DAN PERUBAHAN FISIK PUBERTAS DI SMP XXX (BAB I, II, III, IV, V)
  10. PENGETAHUAN IBU PRIMIGRAVIDA TERHADAP PERUBAHAN FISIOLOGIS PADA MASA KEHAMILAN DI BPS. XXX (BAB I, II, III, IV, V)
  11. PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG MENSTRUASI DI SMP XXX (BAB I, II, III, IV, V, VI, VII)
  12. PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU PRIMIGRAVIDA TENTANG PERSIAPAN PERSALINAN DI BPS XXXX (BAB I, II, III, IV, V)
  13. GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU YANG MEMPUNYAI BALITA (1-5 TAHUN) DI POSYANDU XXX (BAB I, II, III, IV, V)
  14. KARAKTERISTIK IBU HAMIL YANG MELAKSANAKAN ANTENATAL CARE DI BPS XXX (BAB I, II, III, IV)
  15. KARAKTERISTIK AKSEPTOR KB SUNTIK DI DESA XXXXX WILAYAH KERJA PUSKESMAS XXXX (BAB I, II, III, IV, V, VI, VII)
  16. PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG CARA MENYUSUI DI DESA XXX (BAB I, II, III, IV, V)
  17. KARAKTERISTIK AKSEPTOR KB SUNTIK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS XXX (BAB I, II, III, IV, V)
  18. GAMBARAN PELAKSANAAN KELAS IBU DI WILAYAH KERJA XXX (BAB I, II, III, IV, V)
  19. GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN IBU DALAM MENGHADAPI PERSALINAN DI XXX (BAB I, II, III, IV, V, VI, VII)
  20. TINJAUAN PELAKSANAAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN DI PUSKESMAS XXX (BAB I, II, III, IV, V)
  21. GAMBARAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TRIMESTER I TENTANG EMESIS GRAVIDARUM DI RB (BAB I, II, III, IV, V, VI, VII)
  22. GAMBARAN PENGETAHUAN AKSEPTOR KB PIL TENTANG EFEK SAMPING PIL ORAL KOMBINASI (POK) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS XXX (BAB I, II, III, IV, V)
  23. GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TERHADAP RESIKO PERKAWINAN DINI PADA KEHAMILAN DAN PROSES PERSALINAN DI DESA XXX (BAB I, II, III, IV, V, VI, VII)
  24. GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG SENAM HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS XXX (BAB I, II, III, IV, V, VI, VII)
  25. GAMBARAN PELAKSANAAN 7T PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS XXX (BAB I, II, III, IV, V, VI, VII)
  26. HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG GIZI DENGAN STATUS GIZI BALITA DI KELURAHAN XXX (BAB I, II, III, IV, V, VI, VII)
  27. KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN PRE-EKLAMSI DI RUMAH SAKIT UMUM XXX (BAB I, II, III, IV, V, VI, VII)
  28. TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG PERIKSA PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI SMU XXX (BAB I, II, III, IV, V, VI, VII)
  29. GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG KEBERSIHAN ALAT KELAMIN PADA SAAT MENSTRUASI DI DUSUN XXX (BAB I, II, III, IV, V, VI, VII)
  30. TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG MAKANAN PENDAMPING ASI PADA BAYI USIA (6-24 BULAN) DI PUSKESMAS XXX (BAB I, II, III, IV, V)
  31. GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG VITAMIN A DI POSYANDU XXXXXX WILAYAH KERJA PUSKESMAS XXX (BAB I, II, III, IV, V)
  32. KARAKTERISTIK AKSEPTOR KB ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS XXX (BAB I, II, III, IV, V)
  33. GAMBARAN PENGETAHUAN AKSEPTOR KB SUNTIK TENTANG EFEK SAMPING DEPO MEDROXYPROGESTERONE ASETAT (DMPA) DI RB XXX (BAB I, II, III, IV, V)
  34. GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS II TENTANG DIET SEIMBANG DI SMA NEGERI XXX (BAB I, II, III, IV, V)
  35. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA CAKUPAN KN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS XXX (BAB I, II, III, IV, V)
  36. PENGETAHUAN AKSEPTOR KB PIL TENTANG EFEK SAMPING POK (PIL ORAL KOMBINASI) DI KELURAHAN XXX (BAB I, II, III, IV, V)
  37. KARAKTERISTIK BALITA YANG MENDERITA ISPA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS XXX (BAB I, II, III, IV, V)
  38. GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN IBU DALAM MENGHADAPI PERSALINAN, DI BPS XXX (BAB I, II, III, IV, V, VI, VII)
  39. GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG PERAWATAN TALI PUSAT DI DESA XXX (BAB I, II, III, IV, V)
  40. KARAKTERISITK AKSEPTOR KB POK (PIL ORAL KOMBINASI) DI KELURAHAN XXX (BAB I, II, III, IV, V, VI, VII)
  41. GAMBARAN PELAKSANAAN KEGIATAN POSYANDU DI DUSUN XXX (BAB I, II, III, IV, V)
  42. PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG TABLET FE DI PUSKESMAS XXX (BAB I, II, III, IV, V)
  43. PENGETAHUAN IBU YANG MEMPUNYAI BAYI 0-6 BULAN TENTANG MANFAAT ASI EKSKLUSIF DI BPS XXX (BAB I, II, III, IV, V)
  44. HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI TERHADAP PEMBERIAN PASI PADA BAYI 0-6 BULAN DI PUSKESMAS PEMBANTU XXX (BAB I, II, III, IV, V, VI, VII)
  45. KARAKTERISTIK BALITA YANG MENDERITA ISPA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS XXX (BAB I, II, III, IV, V)
  46. GAMBARAN PERSALINAN OLEH DUKUN TERLATIH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS XXX (BAB I, II, III, IV, V)
  47. PENGETAHUAN IBU TENTANG TUMBUH KEMBANG BALITA USIA 1-2 TAHUN DI DESA XXX (BAB I, II, III, IV, V)
  48. GAMBARAN PENATALAKSANAAN MANAJEMEN LAKTASI MASA NIFAS DINI OLEH PETUGAS KESEHATAN TERHADAP IBU-IBU POST PARTUM DI 3 BPS XXX (BAB I, II, III, IV, V)
  49. GAMBARAN PENATALAKSANAAN BAYI BARU LAHIR NORMAL 0-6 JAM DI BPS WILAYAH KERJA PUSKESMAS XXX (BAB I, II, III, IV, V, VI, VII)
  50. GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG HIV/AIDS DI SMA NEGERI XXX (BAB I, II, III, IV, V, VI, VII)
  51. KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN PARTUS LAMA DI RS. XXX (BAB I, II, III, IV, V)
  52. PENATALAKSANAAN PIJAT BAYI OLEH DUKUN PIJAT BAYI PADA BAYI USIA 1-7 BULAN DI DESA XXX (BAB I, II, III, IV, V)
  53. PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA-TANDA BAHAYA MASA NIFAS DI BPS XXX (BAB I, II, III, IV, V)
  54. PENGETAHUAN IBU PRIMIPARA TENTANG BIANG KERINGAT PADA BAYI 0-1 TAHUN DI BPS XXX (BAB I, II, III, IV, V)
  55. GAMBARAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS XXX (BAB I, II, III, IV, V)
  56. KARAKTERISTIK IBU YANG MEMERIKSAKAN PAP SMEAR DI RUMAH SAKIT XXX (BAB I, II, III, IV, V)
  57. GAMBARAN AKSEPTOR KB AKDR DI KECAMATAN XXX (BAB I, II, III, IV, V)
  58. PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG ALAT KONTRASEPSI KB SUNTIK DI KELURAHAN (BAB I, II, III, IV, V)
  59. PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS III TENTANG SEKS SEKUNDER DI SMP XXX (BAB I, II, III, IV, V)
  60. PENGETAHUAN REMAJA PUTRI MASA PUBERTAS TENTANG DYSMENORE DI SMP XXX (BAB I, II, III)
  61. GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI TENTANG MENARCHE DI SMP NEGERI XXX (BAB I, II, III, IV, V)
  62. KARAKTERISTIK PASANGAN USIA SUBUR YANG TIDAK MENGIKUTI PROGRAM KELUARGA BERENCANA DI DESA XXX (BAB I, II, III, IV, V)
  63. PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI PADA BAYI 6 – 24 BULAN DI BPS XXX (BAB I, II, III, IV, V)
  64. GAMBARAN AKSEPTOR KB METODE OPERATIF PRIA (MOP) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS XXX (BAB I, II, III, IV, V)
  65. GAMBARAN PENYAPIHAN ANAK KURANG DARI 2 TAHUN DI DESA XXX (BAB I, II, III, IV, V)
  66. KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN PARTUS LAMA DI RS XXX (BAB I, II, III, IV, V)
  67. PENGETAHUAN IBU PRIMIGRAVIDA TENTANG KEHAMILAN DI RB XXX (BAB I, II, III, IV, V)
  68. PENGETAHUAN TENTANG BAHAYA MEROKOK PADA SISWA KELAS II SMA NEGERI XXX (BAB I, II, III, IV, V)
  69. GAMBARAN PENATALAKSANAAN CARA MEMANDIKAN NEONATUS 0-7 HARI TERHADAP IBU NIFAS DI BPS XXX (BAB I, II, III, IV, V)
  70. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA DALAM KEHAMILAN DI BPS XXX (BAB I, II, III, IV, V)
  71. PENATALAKSANAAN PENCEGAHAN INFEKSI PADA PROSES PERTOLONGAN PERSALINAN DI KLINIK XXX (BAB I, II, III, IV, V)
  72. CAKUPAN PEMBERIAN VITAMIN A PADA IBU NIFAS DI BPS WILAYAH KERJA XXX (BAB I, II, III, IV, V)
  73. KARAKTERISTIK IBU HAMIL YANG MENGKONSUMSI TABLET FE DI KELURAHAN XXX (BAB I, II, III, IV, V)
  74. GAMBARAN RENDAHNYA CAKUPAN PENIMBANGAN BALITA DI POSYANDU XXX (BAB I, II, III, IV, V)
  75. PENGETAHUAN DAN APLIKASI MAHASISWI TINGKAT II AKBID XXXXXXXXX TENTANG PARTOGRAF (BAB I, II, III, IV, V)
  76. GAMBARAN PENGETAHUAN PRIMIPARA TERHADAP PERKEMBANGAN BAYI 0-1 TAHUN DI KELURAHAN XXX (BAB I, II, III, IV, V, VI, VII)
  77. PENGETAHUAN WANITA PRA-MENOPAUSE TENTANG PERUBAHAN FISIOLOGIS MENOPAUSE (BAB I, II, III, IV, V, VI, VII)
  78. GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TERHADAP KEPUTIHAN DI DESA XXX (BAB I, II, III, IV, V, VI, VII)
Nehhh ada lagi daftar blog yang nyediain
judul judul KTI:

http://kti-skripsi.blogspot.com/2009/02/contoh-kti-kebidanan.html
http://info-medis.blogspot.com/2009/04/judul-karya-tulis-ilmiah-kebidanan-kti.html