Rabu, 28 April 2010

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN BERAT BADAN LAHIR RENDAH

A. PENGERTIAN
Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada waktu lahir.
Dalam hal ini dibedakan menjadi :
1. Prematuritas murni
Yaitu bayi pada kehamilan < 37 minggu dengan berat badan sesuai.
2. Retardasi pertumbuhan janin intra uterin (IUGR)
Yaitu bayi yang lahir dengan berat badan rendah dan tidak sesuai dengan usia kehamilan.

B. ETIOLOGI
Penyebab kelahiran prematur tidak diketahui, tapi ada beberapa faktor yang berhubungan, yaitu :
1. Faktor ibu
 Gizi saat hamil yang kurang, umur kurang dari 20 tahun atau diaatas 35 tahun
 Jarak hamil dan persalinan terlalu dekat, pekerjaan yang terlalu berat
 Penyakit menahun ibu : hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah, perokok
2. Faktor kehamilan
 Hamil dengan hidramnion, hamil ganda, perdarahan antepartum
 Komplikasi kehamilan : preeklamsia/eklamsia, ketuban pecah dini
3. Faktor janin
 Cacat bawaan, infeksi dalam rahim
4. Faktor yang masih belum diketahui

C. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Prematuritas murni
 BB < 2500 gram, PB < 45 cm, LK < 33 cm, LD < 30 cm
 Masa gestasi < 37 minggu
 Kepala lebih besar dari pada badan, kulit tipis transparan, mengkilap dan licin
 Lanugo (bulu-bulu halus) banyak terdapat terutama pada daerah dahi, pelipis, telinga dan lengan, lemak subkutan kurang, ubun-ubun dan sutura lebar
 Genetalia belum sempurna, pada wanita labia minora belum tertutup oleh labia mayora, pada laki-laki testis belum turun.
 Tulang rawan telinga belum sempurna, rajah tangan belum sempurna
 Pembuluh darah kulit banyak terlihat, peristaltik usus dapat terlihat
 Rambut tipis, halus, teranyam, puting susu belum terbentuk dengan baik
 Bayi kecil, posisi masih posisi fetal, pergerakan kurang dan lemah
 Banyak tidur, tangis lemah, pernafasan belum teratur dan sering mengalami apnea, otot masih hipotonik
 Reflek tonus leher lemah, reflek menghisap, menelan dan batuk belum sempurna

2. Dismaturitas
 Kulit berselubung verniks kaseosa tipis/tak ada,
 Kulit pucat bernoda mekonium, kering, keriput, tipis
 Jaringan lemak di bawah kulit tipis, bayi tampak gesit, aktif dan kuat
 Tali pusat berwarna kuning kehijauan

D. KOMPLIKASI
 Sindrom aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum, sindrom distres respirasi, penyakit membran hialin
 Dismatur preterm terutama bila masa gestasinya kurang dari 35 minggu
 Hiperbilirubinemia, patent ductus arteriosus, perdarahan ventrikel otak
 Hipotermia, Hipoglikemia, Hipokalsemia, Anemi, gangguan pembekuan darah
 Infeksi, retrolental fibroplasia, necrotizing enterocolitis (NEC)
 Bronchopulmonary dysplasia, malformasi konginetal

E. PENATALAKSANAAN MEDIS
 Resusitasi yang adekuat, pengaturan suhu, terapi oksigen
 Pengawasan terhadap PDA (Patent Ductus Arteriosus)
 Keseimbangan cairan dan elektrolit, pemberian nutrisi yang cukup
 Pengelolaan hiperbilirubinemia, penanganan infeksi dengan antibiotik yang tepat

F. ASUHAN KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan Tujuan/Kriteria Rencana Tindakan

1.













2.

Pola nafas tidak efektif b/d tidak adekuatnya ekspansi paru










Gangguan pertukaran gas b/d kurangnya ventilasi alveolar sekunder terhadap defisiensi surfaktan

Pola nafas yang efektif

Kriteria :
 Kebutuhan oksigen
menurun
 Nafas spontan, adekuat
 Tidak sesak.
 Tidak ada retraksi


Pertukaran gas adekuat

Kriteria :
 Tidak sianosis.
 Analisa gas darah normal
 Saturasi oksigen normal.

 Berikan posisi kepala sedikit ekstensi
 Berikan oksigen dengan metode yang sesuai
 Observasi irama, kedalaman dan frekuensi pernafasan








 Lakukan isap lendir kalau perlu
 Berikan oksigen dengan metode yang sesuai
 Observasi warna kulit
 Ukur saturasi oksigen
 Observasi tanda-tanda perburukan pernafasan
 Lapor dokter apabila terdapat tanda-tanda perburukan pernafasan
 Kolaborasi dalam pemeriksaan analisa gas darah
 Kolaborasi dalam pemeriksaan surfaktan


No Diagnosa Keperawatan Tujuan/Kriteria Rencana Tindakan

3.













4.













5

Resiko tinggi gangguan keseimbangan keseimbangan cairan dan elektrolit b/d ketidakmampuan ginjal mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit


Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak adekuatnya persediaan zat besi, kalsium, metabolisme yang tinggi dan intake yang kurang adekuat


Resiko tinggi hipotermi atau hipertermi b/d imaturitas fungsi termoregulasi atau perubahan suhu lingkungan


Hidrasi baik

Kriteria:
 Turgor kulit elastik
 Tidak ada edema
 Produksi urin 1-2 cc/kgbb/jam
 Elektrolit darah dalam batas normal



Nutrisi adekuat

Kriteria :
 Berat badan naik 10-30 gram / hari
 Tidak ada edema
 Protein dan albumin darah dalam batas normal




Suhu bayi stabil
 Suhu 36,5 0C -37,2 0C
 Akral hangat










 Observasi turgor kulit.
 Catat intake dan output
 Kolaborasi dalam pemberian cairan intra vena dan elektrolit
 Kolaborasi dalam pemeriksaan elektrolit darah








 Berikan ASI/PASI dengan metode yang tepat
 Observasi dan catat toleransi minum
 Timbang berat badan setiap hari
 Catat intake dan output
 Kolaborasi dalam pemberian total parenteral nutrition kalau perlu





 Rawat bayi dengan suhu lingkungan sesuai
 Hindarkan bayi kontak langsung dengan benda sebagai sumber dingin/panas
 Ukur suhu bayi setiap 3 jam atau kalau perlu
 Ganti popok bila basah





No Diagnosa Keperawatan Tujuan/Kriteria Rencana Tindakan

6.














7.

















8.
Resiko tinggi terjadi gangguan perfusi jaringan b/d imaturitas fungsi kardiovaskuler









Resiko tinggi injuri susunan saraf pusat b/d hipoksia














Resiko tinggi infeksi b/d imaturitas fungsi imunologik





Perfusi jaringan baik
 Tekanan darah normal
 Pengisian kembali kapiler <2 detik
 Akral hangat dan tidak sianosis
 Produksi urin 1-2 cc/kgbb/jam
 Kesadaran composmentis


Tidak ada injuri

Kriteria :
 Kesadaran composmentis
 Gerakan aktif dan terkoordinasi
 Tidak ada kejang ataupun twitching
 Tidak ada tangisan melengking
 Hasil USG kepala dalam batas normal


Bayi tidak terinfeksi

Kriteria :
 Suhu 36,5 0C -37,2 0C
 Darah rutin normal

 Ukur tekanan darah kalau perlu
 Observasi warna dan suhu kulit
 Observasi pengisian kembali kapiler
 Observasi adanya edema perifer
 Kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium
 Kolaborasi dalam pemberian obat-obatan






 Cegah terjadinya hipoksia
 Ukur saturasi oksigen
 Observasi kesadaran dan aktifitas bayi
 Observasi tangisan bayi
 Observasi adanya kejang
 Lapor dokter apabila ditemukan kelainan pada saat observasi
 Ukur lingkar kepala kalau perlu
 Kolaborasi dalam pemeriksaan USG kepala







 Hindari bayi dari orang-orang yang terinfeksi kalau perlu rawat dalam inkubator
 Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi
 Lakukan tehnik aseptik dan antiseptik bila melakukan prosedur invasif

No Diagnosa Keperawatan Tujuan/Kriteria Rencana Tindakan








9.








10.













11.







Resiko tinggi gangguan integritas kulit b/d imaturitas struktur kulit




Gangguan persepsi-sensori : penglihatan, pendengaran, penciuman, taktil b/d stimulus yang kurang atau berlebihan dari lingkungan perawatan intensif




Koping keluarga tidak efektif b/d kondisi kritis pada bayinya, perawatan yang lama dan takut untuk merawat bayinya setelah pulang dari RS










Integritas kulit baik

Kriteria :
 Tidak ada rash
 Tidak ada iritasi
 Tidak plebitis



Persepsi dan sensori baik

Kriteria :
 Bayi berespon terhadap stimulus







Koping keluarga efektif
Kriteria :
 Ortu kooperatif dg perawatan bayinya.
 Pengetahuan ortu bertambah
 Orang tua dapat merawat bayi di rumah

 Lakukan perawatan tali pusat
 Observasi tanda-tanda vital
 Kolaborasi pemeriksaan darah rutin
 Kolaborasi pemberian antibiotika


 Kaji kulit bayi dari tanda-tanda kemerahan, iritasi, rash, lesi dan lecet pada daerah yang tertekan
 Gunakan plester non alergi dan seminimal mungkin
 Ubah posisi bayi dan pemasangan elektrode atau sensor

 Membelai bayi sebelum malakukan tindakan
 Mengajak bayi berbicara atau merangsang pendengaran bayi dengan memutarkan lagu-lagu yang lembut
 Memberikan rangsang cahaya pada mata
 Kurangi suara monitor jika memungkinkan
 Lakukan stimulas untuk refleks menghisap dan menelan dengan memasang dot

 Memberikan kesempatan pada ortu berkonsultasi dengan dokter
 Rujuk ke ahli psikologi jika perlu
 Berikan penkes cara perawatan bayi BBLR di rumah termasuk pijat bayi, metode kanguru, cara memandikan
 Lakukan home visit jika bayi pulang dari RS untuk menilai kemampuan orang tua merawat bayinya

Kamis, 18 Maret 2010

JUDUL KTI KEBIDANAN

  1. HUBUNGAN MOBILISASI DINI POST SECTIO CAESARIA (SC) DENGAN PROSES PENYEMBUHAN LUKA OPERASI DI RUANG KEBIDANAN ... TAHUN 2007 download
  2. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKSEPTOR GANTI CARA DARI SUNTIK KE PIL DI BPS ... TAHUN 2007 download
  3. FAKTOR PENYEBAB PERDARAHAN POST PARTUM DI RUANG ... TAHUN 2006 download
  4. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TINGGINYA AKSEPTOR KB SUNTIK DI BPS ... TAHUN 2007 download
  5. GAMBARAN PENANGANAN TERHADAP REMAJA PUTRI KORBAN PERKOSAAN DI UNIT PELAYANAN TERPADU-PEREMPUAN KORBAN TINDAK KEKERASAN (UPT-PKTK) ... TAHUN 2007 download
  6. PENATALAKSANAAN KALA III DAN KALA IV OLEH BIDAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ... TAHUN 2007 download
  7. PENATALAKSANAAN RETENSIO PLASENTA DI RUANG ... TAHUN 2007 download
  8. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IBU HAMIL MENOLAK DALAM BERHUBUNGAN SEKS DI ... TAHUN 2007 download
  9. FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN VITAMIN A PADA IBU NIFAS DI PUSKESMAS ... TAHUN 2007 download
  10. HUBUNGAN PENGETAHUAN AKSEPTOR IUD DENGAN KECEMASAN AKSEPTOR IUD DI BPS WILAYAH KERJA PUSKESMAS ... TAHUN 2007 download
  11. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA DIARE PADA BALITA DI RUMAH SAKIT ... TAHUN 2007 download
  12. GAMBARAN PENGETAHUAN CALON AKSEPTOR KB MENGENAI KBA METODE OVULASI BILLING DI RUMAH SAKIT PANTI ... TAHUN 2007 download
  13. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN BENDUNGAN ASI PADA IBU POST PARTUM 6 HARI DI DESA ... WILAYAH KERJA PUSKESMAS ... TAHUN 2007 download
  14. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB BELUM TERCAPAINYA CAKUPAN K4 DI DESA ... WILAYAH KERJA PUSKESMAS ... TAHUN 2006 download
  15. GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA ... KECAMATAN ... TAHUN 2007 download
  16. GAMBARAN PENGETAHUAN ORANGTUA TENTANG IMUNISASI DPT DI PUSKESMAS ... TAHUN 2007 download
  17. HUBUNGAN PELAKSANAAN ASUHAN SAYANG IBU TERHADAP PROSES PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ... TAHUN 2007 download
  18. FAKTOR PENYEBAB TIMBULNYA KELUHAN PREMENOPAUSE PADA IBU YANG BERKUNJUNG KE RB ... TAHUN 2006 download
  19. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA PENGGUNAAN METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG (MKJP) WILAYAH KERJA PUSKESMAS ... TAHUN 2007 download
  20. KARAKTERISTIK IBU DENGAN PERSALINAN SECTIO CAESARIA DI RUMAH SAKIT ... TAHUN 2007 download
  21. KARAKTERISTIK WANITA USIA SUBUR (WUS) YANG MENGALAMI KEPUTIHAN DI RB ... download
  22. HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ... TAHUN 2007 download
  23. HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN EMESIS GRAVIDARUM PADA IBU HAMIL TRIMESTER I DI RUMAH SAKIT ... TAHUN 2007 download
  24. GAMBARAN FAKTOR KEJADIAN BENDUNGAN ASI PADA IBU POST PARTUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ... TAHUN 2008 download
  25. HUBUNGAN ANTARA PARITAS DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA DI RSUD ... TAHUN 2007 download
  26. GAMBARAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG MATERI BUKU KIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ... TAHUN 2007 download
  27. KARAKTERISTIK AKSEPTOR KB SUNTIK YANG MENGALAMI KENAIKAN BERAT BADAN DI BPS ... TAHUN 2007 download
  28. PENGETAHUAN DAN SIKAP PASANGAN USIA SUBUR TENTANG PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD DI DESA ... TAHUN 2008 download
  29. GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TERHADAP STANDAR PELAYANAN ANTENATAL OLEH BIDAN DI PUSKESMAS ... TAHUN 2007 download
  30. GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS) DI DESA ...TAHUN 2008. download
  31. GAMBARAN PELAKSANAAN ANTENATAL CARE DI BPS WILAYAH KERJA PUSKESMAS ...TAHUN 2008 download
  32. FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN MP-ASI TERLALU DINI DI DESA ...TAHUN 2007. download
  33. GAMBARAN PENERAPAN KONSELING KB TERHADAP PEMAKAIAN KONTRASEPSI IMPLANT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ...TAHUN 2007 download
  34. KARAKTERISTIK IBU DENGAN ABORTUS DI RSUD ... TAHUN 2007 download
  35. KARAKTERISTIK AKSEPTOR KB IUD TERHADAP PENGGUNAAN AKDR/IUD DI PUSKESMAS ...TAHUN 2007 download
  36. FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU SEKSUAL PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ... TAHUN 2008 download
  37. FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN KOLOSTRUM PADA IBU NIFAS HARI PERTAMA DI BPS ...TAHUN 2007 download
  38. GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN DINI PADA KESEHATAN REPRODUKSI DI LINGKUNGAN ... TAHUN 2008 download
  39. GAMBARAN PENERAPAN ASUHAN PERSALINAN NORMAL (KALA I ) DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) ...TAHUN 2008 download
  40. KARAKTERISTIK BALITA GIZI KURANG DI KAMPUNG ...TAHUN 2008 download
  41. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BIDAN MELAKUKAN SUNAT PEREMPUAN DI TIGA KECAMATAN DI KABUPATEN ...TAHUN 2008 download
  42. GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA-TANDA BAHAYA MASA NIFAS DALAM PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ...TAHUN 2008 download
  43. GAMBARAN LAMA PENGGUNAAN KB SUNTIK TERHADAP SIKLUS MENSTRUASI PADA AKSEPTOR KB SUNTIK DI DESA ...TAHUN 2008 download
  44. ANALISIS PELUANG TERJADINYA PRE EKLAMPSIA BERAT (PEB) PADA PASIEN HYPERTENSI DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) ...TAHUN 2008 download
  45. HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN INTENSITAS NYERI PERSALINAN KALA I DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ...TAHUN 2008 download
  46. KARAKTERISTIK PENDERITA DIARE DI RUANG ANAK RUMAH SAKIT ... 2008 download
  47. HUBUNGAN USIA IBU DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DI RUMAH SAKIT ...TAHUN 2007 download
  48. KARAKTERISTIK IBU POST PARTUM YANG MENGALAMI INFEKSI NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ...TAHUN 2007 download
  49. HUBUNGAN PENGETAHUAN BIDAN TENTANG STANDAR ANTENATAL CARE (ANC) DENGAN PELAKSANAANNYA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ...TAHUN 2008 download
  50. HUBUNGAN PENGETAHUAN BIDAN TENTANG STANDAR ANTENATAL CARE (ANC) DENGAN PRAKTEK PELAKSANAANNYA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ...TAHUN 2008 download
  51. HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN BUDAYA PATRIARKI DENGAN KEJADIAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (KDRT) DI DESA PURWAJAYA WILAYAH KERJA PUSKESMAS ...TAHUN 2008 download
  52. GAMBARAN PENATALAKSANAAN PRE DAN POST SC OLEH BIDAN DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT ... TAHUN 2008 download
  53. GAMBARAN RENDAHNYA KEIKUTSERTAAN SUAMI MENJADI AKSEPTOR KB DI ...TAHUN 2008 download
  54. GAMBARAN PENGETAHUAN BIDAN TENTANG MANAJEMEN AKTIF KALA III DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ...TAHUN 2008 download
  55. GAMBARAN PENGETAHUAN BIDAN TENTANG MANAJEMEN AKTIF KALA III DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ...TAHUN 2008 download
  56. KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM DI RUANG KEBIDANAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) ...TAHUN 2008 download
  57. GAMBARAN PENATALAKSANAAN PEMBERIAN ASI 30 MENIT SETELAH BAYI LAHIR OLEH BIDAN RSUD ...TAHUN 2008 download
  58. GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TERHADAP KEPUTIHAN DAN PENANGANANNYA DI DESA ...TAHUN 2008 download
  59. KARAKTERISTIK IBU YANG MENYAPIH ANAK PADA USIA SEBELUM 2 TAHUN DI DESA ... TAHUN 2008 download
  60. KARAKTERISTIK IBU YANG MENGALAMI MENOPAUSE DI BPS. ... TAHUN 2008. download
  61. HUBUNGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DENGAN GANGGUAN MENSTRUASI PADA AKSEPTOR KB DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ... TAHUN 2008 download
  62. FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN UKS OLEH SISWI SMP KELAS VII SE-KECAMATAN ...TAHUN 2008 download
  63. HUBUNGAN LAMA PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DENGAN GANGGUAN MENTSTRUASI PADA AKSEPTOR KB SUNTIK DI PUSKESMAS ... TAHUN 2008 download
  64. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (KDRT) PADA REMAJA PUTRI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ...TAHUN 2008 download
  65. KARAKTERISTIK IBU BAYI USIA 0-7 HARI YANG MENDAPATKAN IMUNISASI HEPATITIS B DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ...TAHUN 2008 download
  66. KARAKTERISTIK IBU HAMIL YANG MELAKUKAN ANC DI BPS. ...TAHUN 2008 download
  67. GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST PARTUM TENTANG MASTITIS DI DESA ...TAHUN 2008 download
  68. ANALISA PERBEDAAN BERAT BADAN SEBELUM DAN SESUDAH MENGGUNAKAN KB SUNTIK DI BPS ...TAHUN 2008 download
  69. GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG HIV/AIDS PADA REMAJA DI SMK NEGERI ... TAHUN 2008 download
  70. GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TERHADAP SADARI DI DESA ...TAHUN 2008 download
  71. GAMBARAN PENERAPAN ASUHAN PERSALINAN NORMAL (KALA I ) DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) ... TAHUN 2008 download
  72. GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG BOUNDING ATTACHMENT DI BPS ... TAHUN 2008 download
  73. GAMBARAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG HIPERMESIS GRAVIDARUM DI BPS ...NOVEMBER-DESEMBER TAHUN 2008 download
  74. GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG PENCEGAHAN ANEMIA DI BPS ...TAHUN 2008 download
  75. GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG TEKNIK MENYUSUI YANG BENAR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ...TAHUN 2008 download
  76. KARAKTERISTIK AKSEPTOR KB IUD DI DESA ... TAHUN 2006 download
  77. ANALISIS RENDAHNYA KUNJUNGAN ANAK 1 - 5 TAHUN DI POSYANDU ...TAHUN 2006 download
  78. GAMBARAN CAKUPAN PEMBERIAN VITAMIN A DOSIS TINGGI PADA BALITA DI PUSKESMAS ...TAHUN 2006 download
  79. TINGKAT PENGETAHUAN IBU PASANGAN USIA SUBUR (PUS) TENTANG METODE KELUARGA BERENCANA (KB) ALAMIAH DI ...TAHUN 2006 download
  80. GAMBARAN TENTANG RENDAHNYA AKSEPTOR IUD (AKDR) DI PUSKESMAS ...TAHUN 2006 download
  81. GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG ASUPAN PROTEIN DALAM NUTRISI PADA BALITA DI PUSKESMAS ... TAHUN 2006 download
  82. GAMBARAN PENERAPAN SAFE MOTHERHOOD PADA SAAT ANTENATAL CARE (ANC) DI PUSKESMAS ...TAHUN 2006 download
  83. GAMBARAN PENATALAKSANAAN STERILISASI ALAT POST PARTUM DI RB. ... TAHUN 2006 download
  84. GAMBARAN PENATALAKSANAAN MANAJEMEN AKTIF KALA III DI BPS ...TAHUN 2006 download
  85. FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA CAKUPAN PERTOLONGAN PERSALINAN OLEH TENAGA KESEHATAN DI DESA ... TAHUN 2006 download
  86. GAMBARAN PENGETAHUAN KADER TENTANG POSYANDU DI KELURAHAN download
  87. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA DIARE PADA BAYI DI RUANG ... download
  88. KARAKTERISTIK PENDERITA SEPSIS NEONATORUM DI RUANG ... download
  89. KARAKTERISTIK PENDERITA PRE-EKLAMPSIA BERAT DI RUANG ... download
  90. GAMBARAN PELAKSANAAN RESUSITASI PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN ASFIKSIA OLEH TENAGA KESEHATAN DI RUANG ... download
  91. HUBUNGAN MASSASE DENGAN PENGURANGAN RASA NYERI PERSALINAN PADA PRIMIGRAVIDA INPARTU KALA I DI BPS ... download
  92. HUBUNGAN ANEMIA DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA SEMESTER III DI ... download
  93. GAMBARAN KUALITAS PEMERIKSAAN KEHAMILAN DI PUSKESMAS ... download
  94. HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN AKSEPTOR DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI IMPLAN DI DUSUN ... download
  95. PENGETAHUAN DAN SIKAP AKSEPTOR KB SUNTIK TENTANG PENGGUNAAN IMPLANT DI RB... download
  96. HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI TERLALU DINI DI DUSUN ... download
  97. PERSEPSI AKSEPTOR PIL TENTANG PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR) DI PUSKESMAS ... download
  98. GAMBARAN PELAKSANAAN ASUHAN SAYANG IBU DALAM PERSALINAN KALA I DI RB ... download
  99. GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DASAR HEPATITIS B PADA BAYI (0-12 BULAN) DI DESA... download
  100. TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG MAKANAN PENDAMPING ASI PADA BAYI USIA (6-24 BULAN) DI PUSKESMAS... download
  101. KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN RETENSIO PLASENTA DI RUANG BERSALIN ... download
  102. GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG VITAMIN A DI POSYANDU ... download
  103. GAMBARAN PENATALAKSANAAN PEMBERIAN IMUNISASI BCG PADA BAYI DI POSYANDU ... download
  104. PENGETAHUAN KADER TERHADAP KEGIATAN POSYANDU DI PUSKESMAS ... download
  105. GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG PERAWATAN TALI PUSAT DI DESA ... download
  106. TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA AKBID TINGKAT II SEMESTER III TENTANG ASUHAN PERSALINAN NORMAL (APN) download
  107. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERHASILAN PEMBERIAN IMUNISASI TT CATIN... download
  108. PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS III TENTANG KEPUTIHAN DI SLTPN ... download
  109. PERBEDAAN KADAR Hb IBU HAMIL DI DAERAH ... DAN DAERAH ... download
  110. HUBUNGAN PERTAMBAHAN BERAT BADAN SELAMA HAMIL DENGAN BERAT LAHIR BAYI DI BPS... download
  111. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TINGGINYA PERTOLONGAN PERSALINAN PADA DUKUN DI DESA ... download
  112. GAMBARAN PENATALAKSANAAN APN OLEH BIDAN YANG MENDAPATKAN PELATIHAN DAN SERTIFIKAT APN DI RB DAN BPS DI KOTA ... download
  113. GAMBARAN PERSALINAN DENGAN SECSIO CAESARIA DI RS... download
  114. HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU SADARI PADA REMAJA PUTRI KELAS III DI ... download
  115. PENGARUH INISIASI MENYUSUI DINI TERHADAP WAKTU PENGELUARAN ASI PADA IBU POSTPARTUM DI BPS ... download
  116. GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI BURUK PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS… download
  117. GAMBARAN PENATALAKSANAAN 2 JAM POST PARTUM DI RUMAH PASIEN OLEH BIDAN DI DESA … download
  118. PENATALAKSANAAN 6 JAM PERTAMA PADA BAYI BARU LAHIR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS … download
  119. PENATALAKSANAAN ASUHAN IBU NIFAS 1-3 HARI OLEH BIDAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS … download
  120. GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR WANITA PASANGAN USIA SUBUR TIDAK MENGGUNAKAN KONTRASEPSI TUKBEKTOMI DI … download
  121. GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESARIA TENTANG PEMBERIAN KOLOSTRUM DI... download
  122. PENATALAKSANAAN ASUHAN IBU NIFAS 1-3 HARI OLEH BIDAN DI... download
  123. GAMBARAN RUJUKAN PERSALINAN OLEH BIDAN DALAM PENERAPAN BAKSOKUDO DI... download
  124. PENATALAKSANAAN 6 JAM PERTAMA PADA BAYI BARU LAHIR DI... download
  125. GAMBARAN PELAKSANAAN PENCEGAHAN INFEKSI OLEH NAKES DI... RUANG KIA DI... download
  126. GAMBARAN EFEK KB IUD PADA AKSEPTOR KB IUD DI... download
  127. HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IUD DENGAN KEIKUTSERTAAN IBU SEBAGAI AKSEPTOR IUD DI... download
  128. PENGARUH PEMBERIAN KOMPRES PANAS TERHADAP PENGURANGAN RASA NYERI SAAT PERSALINAN PADA IBU HAMIL PRIMIGRAVIDA KALA I FASE AKTIF DI... download
  129. SIKAP SISWA KELAS XI TENTANG PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA DI... download
  130. HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TERHADAP STATUS IMUNISASI PADA BAYI DI... download
  131. GAMBARAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 5-6 TAHUN DENGAN MENGGUNAKAN DETEKSI DI...NI KARTU DATA TUMBUH KEMBANG ANAK USIA 5-6 TAHUN DI... download
  132. FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN RENDAHNYA KEIKUTSERTAAN PRIA DALAM PELAKSANAAN PROGRAM KB VASEKTOMI DI... download
  133. GAMBARAN FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL PERILAKU BIDAN DALAM MENERAPKAN MANAJEMEN AKTIF KALA III DI... download
  134. GAMBARAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG PENTINGNYA PEMERIKSAAN KEHAMILAN DI... RB ... DAN BPS-BPS DI... download
  135. HUBUNGAN MOTIVASI SUAMI PADA IBU HAMIL DENGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC) DI... download
  136. GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN AKSEPTOR KB IUD TENTANG PENATALAKSANAAN KB IUD DI... download
  137. FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ANEMIA PADA SISWI SMU ... download
  138. GAMBARAN PENGETAHUAN PRIMIGRAVIDA TENTANG PERAWATAN PAYUDARA SAAT HAMIL DI BPS ... download
  139. FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN CAKUPAN PELAYANAN ANTENATAL DI KLINIK IBI ... download
  140. FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI... download
  141. FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SULIT MAKAN PADA ANAK DI TK ... download
  142. FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN POSYANDU LANSIA DI PKM ... download
  143. HUBUNGAN ANTARA AKSEPTOR KB SUNTIK DEPO PROVERA DENGAN GANGUAN MENSTRUASI DI PKM ... download
  144. ANALISIS PELUANG TERJADINYA HIPERBILIRUBINEMIA PADA BAYI YANG DIRAWAT DI ... download
  145. HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS IBU DENGAN KEJADIAN PARTUS LAMA DI RUMAH SAKIT ... download
  146. GAMBARAN PELAPORAN PEMANTAUAN WILAYAH SETEMPAT KESEHATAN IBU DAN ANAK (PWS-KIA) OLEH BIDAN DESA ... download
  147. GAMBARAN PENATALAKSANAAN PEMBERIAN SALEP MATA DAN VITAMIN K TERHADAP BAYI BARU LAHIR OLEH BIDAN DI WILJA PKM ... download
  148. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATUS DI PKM ... download
  149. SIKAP DAN PERILAKU IBU TERHADAP ISPA PADA ANAK USIA 1-4 DI PKM... download
  150. HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG MAKANAN SELAMA HAMIL DENGAN ANEMIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS XXX AKBA-A1.
  151. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERDARAHAN POST PARTUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS XXX AP.2.
  152. GAMBARAN PENATALAKSANAAN ABORTUS INKOMPLIT DI RUANG XXX RUMAH SAKIT XXX C.3.
  153. KARAKTERISTIK IBU MENYUSUI YANG MEMBERIKAN ASI EKSKLUSIF DI XXX DE.4.
  154. FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PASANGAN USIA SUBUR MEMILIH KONTRASEPSI TUBEKTOMI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS XXX IC.5.
  155. GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SEKS BEBAS PADA KELAS II DI SMA XXX ME-6.
  156. GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POST PARTUM (0-3 Hari) TENTANG SINDROM BABY BLUES DI RS XXX NE.7.
  157. GAMBARAN PENGETAHUN IBU HAMIL TENTANG ASI EKSKLUSIF SELAMA BULAN MEI DI RUMAH BERSALIN XXX NU.8.
  158. GAMBARAN PENATALAKSANAAN ASUHAN PERSALINAN KALA IV DI BPS YANG ADA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS XXX PU.9.
  159. HUBUNGAN PERNIKAHAN DINI DENGAN PERAWATAN SEHARI-HARI PADA ANAK BALITA DI XXX AKBD4.C1.
  160. HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SUAMI AKSEPTOR KB DENGAN PENGGUNAAN KB MOP DI DESA XXX F.2.
  161. HUBUNGAN PEMBERIAN KONSELING KB DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI IUD DI PUSKESMAS XXX H.3.
  162. HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BERSALIN TERHADAP TINGGINYA PERSALINAN OLEH DUKUN DI DESA XXX N4.
  163. HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP BIDAN TERHADAP PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS XXX P. 5.
  164. HUBUNGAN PARITAS DAN USIA IBU DENGAN KEJADIAN PRE EKLAMPSIA BERAT (PEB) DI RUANG XXX RUMAH SAKIT XXX S.6.
  165. HUBUNGAN PERNIKAHAN DINI DENGAN POLA ASUH ORANGTUA PADA ANAK USIA 1-5 TAHUN DI XXX C.7.
  166. GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI COMBO (DPT-HB) DI PUSKESMAS XXX AKBM.A.1
  167. GAMBARAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN ANEMIA DI PUSKESMAS XXX B.2.
  168. GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA KELAS X TENTANG SEKS BEBAS DI SMK NEGERI XXX C.3.
  169. GAMBARAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG STANDAR PELAYANAN ANTENATAL DI PUSKESMAS XXX D.4.
  170. GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA MENOPAUSE TENTANG PERUBAHAN FISIK XXX DH.5.
  171. GAMBARAN PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS XXX DO.6.
  172. GAMBARAN PENGETAHUAN IBU HAMIL PRIMIGRAVIDA TENTANG KUNJUNGAN PERTAMA PEMERIKSAAN KEHAMILAN (K1) DI PUSKESMAS XXX F.7.
  173. TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA D III KEBIDANAN XXX SEMESTER IV TENTANG TEKNIK PENGISIAN PARTOGRAF I.8.
  174. GAMBARAN TNGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS VII DAN VIII TENTANG PERUBAHAN FISIK PUBERTAS DI SMP XXX IC.9.
  175. KARAKTERISTIK AKSEPTOR KB SUNTIK YANG MENGALAMI KENAIKAN BERAT BADAN DI BPS XXX K.10.
  176. GAMBARAN PENGETAHUAN IBU PRIMIGRAVIDA TENTANG KUNJUNGAN K4 DI PUSKESMAS XXX M.11.
  177. GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA/I SLTA KELAS X TENTANG PERUBAHAN SEKS REMAJA DI SMA XXX N.12.
  178. GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG PEMBERIAN VITAMIN A PADA IBU NIFAS DI BPS XXX P.13.
  179. GAMBARAN KARAKTERISTIK BALITA DENGAN GIZI KURANG DI WILAYAH KOTA XXX R.14.
  180. GAMBARAN PENATALAKSANAAN TEKNIK MENYUSUI YANG BENAR PADA IBU NIFAS DI RB XXX R.15.
  181. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA ROBEKAN PERINEUM PADA IBU BERSALIN PERVAGINAM DI BPS XXX DR.16.
  182. GAMBARAN PENGETAHUAN IBU PRIMIGRAVIDA TENTANG PERSIAPAN PERSALINAN DI PUSKESMAS XXX RD.17.
  183. HUBUNGAN KADAR Hb DENGAN KETERATURAN SIKLUS MENSTRUASI PADA MAHASISWA TINGKAT II DI PRODI D III KEBIDANAN XXX SR.18.
  184. GAMBARAN PENGETAHUAN IBU-IBU YANG MEMILIKI BAYI USIA 0-12 BULAN TENTANG DIAPER RASH DI BPS XXX SE.19.
  185. FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RUANG ASTER RUMAH SAKIT XXX N.20.
  186. GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG PERAWATAN TALI PUSAT DI RB XXX Y.21.
  187. HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI TETANUS TOXOID (TT) PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS XXX AKBPB.E.1.
  188. KARAKTERISTIK IBU HAMIL YANG MELAKUKAN PEMERIKSAAN ANC DI PUSKESMAS XXX F.2.
  189. GAMBARAN PENGETAHUAN MAHASISWA YANG TINGGAL INDEKOST TENTANG SEKS PRA NIKAH DI XXX F.3.
  190. HUBUNGAN PENGETAHUAN WUS USIA <20>
  191. FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN KIA OLEH BIDAN DI PUSKESMAS XXX S.5.
  192. GAMBARAN PENGETAHUAN BIDAN DALAM MENGAPLIKASIKAN PARTOGRAF DI BPS YANG ADA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS XXX M.6.
  193. FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN KB SUNTIK OLEH AKSEPTOR DI BPS XXX N.7.
  194. PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA MENGENAI PENCEGAHAN BAHAYA SEKS BEBAS DI SMA XXX R.8.
  195. PENGETAHUAN MAHASISWI KOST TENTANG ABORSI DI XXX E.9.
  196. GAMBARAN FAKTOR RESIKO KEGAGALAN PERSALINAN PERVAGINAM PADA IBU-IBU HAMIL DENGAN RIWAYAT PERSALINAN SECSIO CAESAR DI RSUD XXX R.10.
  197. GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR (WUS) TENTANG PAP SMEAR DI RUANG XXX S.11.
  198. PENGETAHUAN IBU PRIMIGRAVIDA TERHADAP PERUBAHAN FISIOLOGIS PADA MASA KEHAMILAN DI XXX N. 12.
  199. GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KAPSUL VITAMIN A PADA BALITA DI XXX D.13.
  200. KARAKTERISTIK IBU YANG MEMILIH BERSALIN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS XXX E.14.
  201. FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SULIT MAKAN PADA ANAK DI TK XXX IM.15.
  202. GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK REMAJA DI SMAN XXX M.16.
  203. GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI TENTANG ANEMIA DI SMA XXX ME.17.
  204. FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN SENAM HAMIL DI PUSKESMAS XXX NO.18.
  205. GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG SENAM HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS XXX R.19.
  206. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKSEPTOR KB PIL TIDAK MAU BERALIH KE IUD DI BPS XXX T.20.
    TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA WANITA TENTANG PERIKSA PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI SMU XXX S.21.
  207. FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRILAKU IBU YANG MENYAPIH BAYINYA DI POSYANDU XXX W.22.
  208. GAMBARAN PENATALAKSANAAN MANAJEMEN LAKTASI MASA NIFAS DINI OLEH TENAGA KESEHATAN TERHADAP IBU-IBU POST PARTUM DI 3 BPS XXX Y.23.
  209. GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI USIA 10-19 TAHUN TENTANG KEBERSIHAN PADA SAAT MENSTRUASI DI XXX YU.24.
  210. FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA PENGETAHUAN REMAJA AWAL TENTANG PENDIDIKAN SEKS DI SMP XXX SE.25.
  211. GAMBARAN PENGETAHUAN AKSEPTOR KB SUNTIK TENTANG METODE KB KALENDER DI DESA XXX DW.26.
  212. GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN ORALIT SEBAGAI PERTOLONGAN PERTAMA BALITA YANG MENGALAMI DIARE DI PUSKESMAS XXX LI.27.
  213. GAMBARAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG NUTRISI IBU HAMIL DI DESA XXX AG.28
  214. PENGETAHUAN TENTANG IMUNISASI HEPATITIS.B PADA IBU YANG MEMPUNYAI BAYI 0 – 11 BULAN DI XXX AM.29
  215. GAMBARAN PENGETAHUAN TENAGA KESEHATAN TENTANG PAPSMEAR DI PUSKESMAS XXX DA.30
  216. GAMBARAN MOBILISASI DINI PADA IBU POST PARTUM DENGAN TINDAKAN OPERASI SEKSIO SESAREA TERHADAP PENGELUARAN LOCHEA DAN PERCEPATAN PENYEMBUHAN LUKA OPERASI DI RS XXX DE.32
  217. TINJAUAN EFEK SAMPING ALAT KONTRASEPSI PADA AKSEPTOR KB PIL DI XXX DE.33
  218. PENGETAHUAN PASANGAN USIA SUBUR TENTANG KONTRASEPSI VASEKTOMI DI LINGKUNGAN XXX DI.34
  219. GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI TENTANG MENARCHE DI SMP NEGERI XXX EK.35.
  220. DETERMINAN IBU TIDAK MENIMBANGKAN BALITANYA DI POSYANDU XXX EL.36
  221. PENGETAHUAN IBU TENTANG PENGGANTI AIR SUSU IBU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS XXX EL.37
  222. PENGETAHUAN DAN SIKAP PETUGAS PELAKSANA PENANGANAN PENDERITA NAPZA TENTANG PENATALAKSANAAN NAPZA DI XXX EL.38
  223. GAMBARAN FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IBU DALAM PEMBERIAN KAPSUL VITAMIN A DI KELURAHAN XXX EL.39
  224. PENGETAHUAN IBU TENTANG STIMULASI PADA BAYI USIA 0 – 12 BULAN DI KELURAHAN XXX EN.40
  225. PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU POST SEKSIO SESAREA TENTANG MOBILISASI DINI DI RUMAH BERSALIN XXX ER.41
  226. DETERMINAN PEMBERIAN KONSUMSI BUAH SEGAR PADA BALITA DI POSYANDU XXX ER.42
  227. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERSALINAN DENGAN EKSTRAKSI FORSEP DI RS XXX FA.43
  228. GAMBARAN TENTANG MOTIVASI MAHASISWI MEMILIH PROFESI BIDAN DI PROGRAM STUDI KEBIDANAN XXX FI.44
  229. KECEMASAN PASANGAN SUAMI ISTRI DENGAN INFERTIL PRIMER DI RUMAH BERSALIN XXX FI.45
  230. KARAKTERISTIK IBU YANG MENYAPIH BAYI DI BAWAH USIA 1 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS XXX FL.46
  231. PENGETAHUAN DAN SIKAP AKSEPTOR KB PIL TENTANG EFEK SAMPING PIL ORAL KOMBINASI (POK) DI KELURAHAN XXX IK.47
  232. PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG POLA PENYAPIHAN ANAK USIA BAWAH TIGA TAHUN DI KELURAHAN XXX IN.48
  233. TINJAUAN PELAKSANAAN POSYANDU MODEL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS XXX KA.49
  234. GAMBARAN FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IBU DALAM MEMILIH ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DEPOPROVERA DI DESA XXX LI.50
  235. SIKAP IBU HAMIL TERHADAP PELAYANAN ANTENATAL DI XXX LI.51
  236. PELAKSANAAN RESUSITASI PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN ASFIKSIA OLEH TENAGA KESEHATAN DI RUMAH BERSALIN XXX MA.52
  237. GAMBARAN PERSYARATAN MINIMAL FASILITAS PELAYANAN AKDR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS XXX MA.53
  238. PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG SEKS PRANIKAH DI SMU XXX HA.54
  239. PENGETAHUAN DAN SIKAP PEKERJA SEKS KOMERSIL TENTANG ALAT KONTRASEPSI KONDOM UNTUK PENCEGAHAN PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI XXX MA.55
  240. KARAKTERISTIK EFEK SAMPING ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DI DESA XXX MI.56
  241. KARAKTERISTIK EFEK SAMPING ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DI DESA XXX MI.57
  242. TINJAUAN PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI) KOLOSTRUM PADA IBU POST SECTIO CAESAREA DI RUANG KEBIDANAN XXX MU.58
  243. GAMBARAN PENGETAHUAN BIDAN TENTANG MANAJEMEN AKTIF KALA III DI RS XXX NE.59
  244. GAMBARAN PROSES PENYEMBUHAN LUKA IBU POST SEKSIO SESAREA DI RS XXX NE.60
  245. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYEMBUHAN LUKA PADA PASIEN SC DI RUANG KEBIDANAN RS XXX NE.61
  246. PENGETAHUAN PASANGAN USIA SUBUR TENTANG KONTRASEPSI VASEKTOMI DI XXX TI.62
  247. GAMBARAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE REMAJA PUTRI PADA ANAK JALANAN DI RUMAH SINGGAH INSAN KAMIL DI JALAN XXX MA.63
  248. KURANG ENERGI PROTEIN (KEP) PADA BALITADI XXX DE.64
  249. KARAKTERISTIK KELUARGA DENGAN BALITA RAWAN GIZI DI KELURAHAN XXX EK.65
  250. FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU
  251. PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH PUSKESMAS XXX TM.66
  252. FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RENDAHNYA CAKUPAN PELAYANAN ANTENATAL DI KLINIK IBI KECAMATAN XXX TM.67
UNTUK LEBIH JELAS LIHAD DI WEB INI:
http://kti-skripsi.blogspot.com/2009/02/contoh-kti-kebidanan.html

Selasa, 02 Februari 2010

CANCER

DEFINISI
1. Cancer is a disease that attacks the basic life process of the cell, altering the cell genome (the total genetic complement of the cell) and leading to wild and spreading growth of the cancereous cells.
The cause of the altered genome is mutation of one or more genes ; or mutation of a large segment of a DNA strand containing many genes or loss of large segments of chromosomes (Guyton, 1981).

2. Cancer is not a single disease with one cause ; rather it is a group of distinct desease with different causes, manifestations, treatments and prognosis (Brunner).

EPIDEMIOLOGI
  pasien kanker  di Amerika, Eropa, Asia
 Kulit hitam > kulit putih
 Vegetarian < non vegetarian
 Faktor penyebab utama : Lingkungan : sosial

 Fisik : radiasi, perlukaan/lecet
 Kimia : makanan, industri, farmasi, rokok
 Genetik : payudara, uterus
 Virus : umumnya pada binatang

Karakteristik dari neoplasma
Benigna Malignant
1. Grow Slowly
2. Usually encapsuled
3. Grow by expandion; do not infiltrate surrounding tissues

4. Do not spread but remain localized

5. Do not tend to recur when removed surgically

6. Cell usually closely resemble those of normal tissue from which they arise
7. Produce minimal tissue destruction

8. Do not produce typical cahexia

9. Do not cause death to host except when located in areas where they produce pressure or obstruction to vital organ 1. Grow rapidly
2. Rarely encapsuled
3. Infiltrate surrounding tissues; tumor process extended out in all direction; poorly differentiated from normal tissue
4. Spread via lymph stream and/or blood and set up secondary tumor in distant sites
5. Frequently tend to recur after surgical removal as a result of infiltration into surrounding tissue
6. Cell usually do not resemble those of normal tissue from which they are arise
7. Produce extensive tissue destruction as result of infiltration and metastatic lession
8. Produce typical cancer cachexia-anemia, weakness, loss weight and so on
9. Always cause death unless removed surgically before they metastasize
• From Bouchard, R., and Owens, N. F.; Nursing care of the cancer patient, 3rd ed., St. Louis, 1976, The C.V. Mosby Co.

Types of tumors
Type of cell or tissue Benign tumor Malignant tumor
Epithelium
Skin, outer layers
Skin, pigmented layer (melanoblast)
Glandular epithelium
Papilloma
Nevus

Adenoma
Squamous cell carcinoma
Malignant melanoma

Adenocarcinoma
Muscle Myoma Myosarcoma
Connective tissue
Fibroblast
Cartilage
Bone
Fatty tissue
Fibroma
Chondroma
Osteoma
Lipoma
Fibrosarcoma
Chondrosarcoma
Osteosarcoma
Liposarcoma
Endothelial tissue
Blood vessels
Lymph vessels
Hemangioma
Lymphangioma
Hemangiomasarcoma
Lymphangiosarcoma
Nerve tissue
Neuroglia
Medullary epithelium
Astrocytoma
Glioblastoma
Medulloblastoma
Lymphoid and hematopoetic tissue
Lymphosit

Myelocytes
Lymphosarcoma
Lymphatic leukemia
Multiple myeloma
Myeloid leukemia


JENIS/LOKASI KANKER
1. Payudara
2. Kolon rektum
3. Laring
4. Paru
5. Leukemia
6. Pankreas
7. Prostat
8. Gaster
9. Uterus
10. Serviks
11. Lain : Hodgkin’s, Thyroid dll

PROMOTIF, PREVENTIF – PENDIDIKAN KESEHATAN
C  Change in bowel or bladder habits
A  A sore that does not heal
U  Unusual bleeding or discharge
T  Thickening or lump in the breast & etc
I  Indigestion or dificulty in swallowing
O  Obvious change in wart or mole
N  Nagging cough or hoarsenes

PERAN PERAWAT
Promotif s.d rehabilitatif
1. Memberi dukungan klien  prosedur diagnostik
2. Mengenali kebutuhan psiko sosial dan spiritual
3. Memenuhi kebutuhan cairan dan nutrisi klien
4. Memberi bantuan bagi klien yang mendapat pengobatan anti kanker/terhadap keganasan
5. Membantu klien fase penyembuhan/rehabiltasi
6. Membantu klien untuk tindak lanjut pengobatan
7. Berpartisipasi dalam koleksi data penelitian/registrasi kanker



DIAGNOSTIK
1. Riwayat keperawatan & penyakit, sosial, pemeriksaan fisik
2. Biopsi  patologis
3. Pemeriksaan darah, darah lengkap, thrombosit, kimia darah: elektrolit & LFT & BUN & chreatinin
4. Imaging : foto toraks, scan-nuklir, CT-scan, MRI.

MANAJEMEN : PENDEKATAN MULTI DISIPLIN
Tindakan pengobatan : pembedahan, kemotherapi, radiasi, imunotherapi, atau kombinasi
Jenis pembedahan :
1. Biopsi
2. Rekontruksi
3. Paliatif
4. Adjuvant
5. Pembedahan primer otak
6. Reseksi metastasis
7. Profilaksis : polip
8. Kuratif

KEMOTHERAPI
Penggunaan obat anti kanker yang bertujuan mematikan sel kanker
Indikasi dan prinsip :
1. Sebanyak mungkin mematikan sel kanker seminimal mungkin mengganggu sel normal
2. Dapat digunakan untuk : pengobatan, pengendalian, paliatif
3. Jangan diberikan jika bahaya/komplikasinya lebih besar dari manfaatnya
4. Obat kemotherapi umumnya sangat toksik  teliti/cermat evaluasi kondisi pasien
5. Obat dapat diberikan melalui berbagai cara

Tindakan pengamanan ditujukan :
1. Pengamanan diri dengan mengurangi eksposur inhalasi
2. Pengaman diri mengurangi eksposur kontak kulit
3. Pengamanan diri mengurangi eksposur melalui makanan/oral
4. Pembuangan secara aman alat/bekas yang digunakan, urine, muntah (ekskresi cairan tubuh)

KOMPLIKASI KEMOTHERAPI
 Efek samping :
- nausea, vomiting
- alopecia
- rasa (pengecap) menurun
- mucositis
 toksik
- hematologik : depresi sumsum tulang, anemia
- ginjal, hepar

PENGKAJIAN KEPERAWATAN
A. Sistem Integumen
1. Perhatikan : nyeri, bengkak, flebitis, ulkus
2. Inspeksi kemerahan & gatal, eritema
3. Perhatikan pigmentasi kulit
4. Kondisi gusi, gigi, mukosa & lidah

B. Sistem Gastrointestinalis
1. Kaji frekwensi, mulai, durasi, berat ringannya mual & muntah setelah pemberian kemotherapi
2. Observasi perubahan keseimbangan cairan & elektrolit
3. Kaji diare & konstipasi
4. Kaji anoreksia
5. Kaji : jaundice, nyeri abdomen kuadran atas kanan

C. Sistem Hematopoetik
1. Kaji Netropenia
 Kaji tanda infeksi
 Auskultasi paru
 Perhatikan batuk produktif & nafas dispnoe
 Kaji suhu
2. Kaji Trombositopenia : < 50.000/m3 – menengah, < 20.000/m3 – berat
3. Kaji Anemia
 Warna kulit, capilarry refill
 Dispnoe, lemah, palpitasi, vertigo

D. Sistem Respiratorik & Kardiovaskular
1. Kaji terhadap fibrosis paru yang ditandai : Dispnoe, kering, batuk non produktif – terutama bleomisin
2. Kaji tanda CHF
3. Lakukan pemeriksaan EKG

E. Sistem Neuromuskular
1. Perhatikan adanya perubahan aktifitas motorik
2. Perhatikan adanya parestesia
3. Evaluasi refleks
4. Kaji ataksia, lemah, menyeret kaki
5. Kaji gangguan pendengaran
6. Diskusikan ADL

F. Sistem genitourinari
1. Kaji frekwensi BAK
2. Perhatikan bau, warna, kekeruhan urine
3. Kaji : hematuria, oliguria, anuria
4. Monitor BUN, kreatinin

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan netropenia
2. Resiko perlukaan berhubungan dengan trombositopenia
3. Lemah berhubungan dengan anemia
4. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan efek samping
5. Perubahan selaput mukosa berhubungan dengan stomatitis
6. Perubahan gambaran diri berhubungan dengan alopecia

INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Mencegah infeksi
2. Mencegah perdarahan
3. Mengurangi kelelahan
4. Meningkatkan nutrisi
5. Mengurangi stomatitis
6. Meningkatkan koping pada perubahan gambaran diri

THERAPI RADIASI
Terapi radiasi menggunakan energi tinggi & getaran ion. Dapat menimbulkan kerusakan molekul sel dan perubahan biokimia : mematikan sel kanker

Jenis therapi radiasi :
 Teletherapi : cobalt, lineacc
 Brakhitherapi : dosis tinggi lebih terlokalisasi
 Intra operative radioterapi, hipertermia

Pertimbangan klinis :
 Indikasi : digunakan tersendiri atau kombinasi
 Perencanaan pengobatan

Komplikasi :
Komplikasi tergantung dari lokasi, jenis radiasi, dosis, status kesehatan klien
1. Efek samping akut 1 – 6 bulan
- eritema
- lemah & lunglai
- nausea, muntah, diare
- oral : kering, mucositis, xerostomia
- dispnoe, pnemonia
- sistitis
2. Efek samping kronis > dari 6 bulan
- Kulit : fibrosis, kehitaman permanen atropi
- Gastro intestinal : fibrosis, obstruksi, ulkus, striktur
- Oral : xerostomia, pengecapan menurun, caries gigi
- Paru : fibrosis
- Ginjal : nefritis, fibrosis
- Kanker lain 5 – 7% leukemia

Pengkajian
1. Sistem terkait
2. Emosi/psikologis klien

Intervensi Keperawatan
1. Mempertahankan perawatan kulit secara optimal
- informasikan tentang reaksi kulit
- jangan menggunakan lotion, minyak kosmetik pada lokasi therapi hanya tepung maizena
- hindari, penekanan, penggosokan, garuk
2. Memastikan terlindungi dari efek radiasi

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN KARSINOMA RECTI

I. KONSEP MEDIS

A. Pengertian
Karsinoma Recti merupakan salah satu dari keganasan pada kolon dan rektum yang khusus menyerang bagian Recti yang terjadi akibat gangguan proliferasi sel epitel yang tidak terkendali.


B. Insidens dan Faktor Risiko
Kanker yang ditemukan pada kolon dan rektum 16 % di antaranya menyerang Recti terutama terjadi di negara-negara maju dan lebih tinggi pada laki-laki daripada wanita. Beberapa faktor risiko telah diidentifikasi sebagai berikut:
1. Kebiasaan diet rendah serat.
2. Polyposis familial
3. Ulcerasi colitis
4. Deversi colitis

C. Patofisiologi
Penyebab kanker pada saluran cerna bagian bawah tidak diketahui secara pasti. Polip dan ulserasi colitis kronis dapat berubah menjadi ganas tetapi dianggap bukan sebagai penyebab langsung. Asam empedu dapat berperan sebagai karsinogen yang mungkin berada di kolon. Hipotesa penyebab yang lain adalah meningkatnya penggunaan lemak yang bisa menyebabkan kanker kolorektal.
Tumor-tumor pada Recti dan kolon asendens merupakan lesi yang pada umumnya berkembang dari polip yang meluas ke lumen, kemudian menembus dinding kolon dan jaringan sekitarnya. Penyebaran tumor terjadi secara limfogenik, hematogenik atau anak sebar. Hati, peritonium dan organ lain mungkin dapat terkena.
Menurut P. Deyle perkembangan karsinoma kolorektal dibagi atas 3 fase. Fase pertama ialah fase karsinogen yang bersifat rangsangan, proses ini berjalan lama sampai puluhan tahun. Fase kedua adalah fase pertumbuhan tumor tetapi belum menimbulkan keluhan (asimtomatis) yang berlangsung bertahun-tahun juga. Kemudian fase ketiga dengan timbulnya keluhan dan gejala yang nyata. Karena keluhan dan gejala tersebut berlangsung perlahan-lahan dan tidak sering, penderita umumnya merasa terbiasa dan menganggap enteng saja sehingga penderita biasanya datang berobat dalam stadium lanjut.

D. Gambaran Klinis
Semua karsinoma kolorektal dapat menyebabkan ulserasi, perdarahan, obstruksi bila membesar atau invasi menembus dinding usus dan kelenjar-kelenjar regional. Kadang-kadang bisa terjadi perforasi dan menimbulkan abses dalam peritoneum. Keluhan dan gejala sangat tergantung dari besarnya tumor.
Tumor pada Recti dan kolon asendens dapat tumbuh sampai besar sebelum menimbulkan tanda-tanda obstruksi karena lumennya lebih besar daripada kolon desendens dan juga karena dindingnya lebih mudah melebar. Perdarahan biasanya sedikit atau tersamar. Bila karsinoma Recti menembus ke daerah ileum akan terjadi obstruksi usus halus dengan pelebaran bagian proksimal dan timbul nausea atau vomitus. Harus dibedakan dengan karsinoma pada kolon desendens yang lebih cepat menimbulkan obstruksi sehingga terjadi obstipasi.

E. Diagnosis Banding
1. Kolitis ulserosa
2. Penyakit Chron
3. Kolitis karena amuba atau shigella
4. Kolitis iskemik pada lansia
5. Divertikel kolon

F. Prosedur Diagnostik
Untuk menegakkan diagnosa yang tepat diperlukan:
1. Anamnesis yang teliti, meliputi:
 Perubahan pola/kebiasaan defekasi baik berupa diare maupun konstipasi (change of bowel habit)
 Perdarahan per anum
 Penurunan berat badan
 Faktor predisposisi:
o Riwayat kanker dalam keluarga
o Riwayat polip usus
o Riwayat kolitis ulserosa
o Riwayat kanker pada organ lain (payudara/ovarium)
o Uretero-sigmoidostomi
o Kebiasaan makan (tinggi lemak rendah serat)
2. Pemeriksaan fisik dengan perhatian pada:
 Status gizi
 Anemia
 Benjolan/massa di abdomen
 Nyeri tekan
 Pembesaran kelenjar limfe
 Pembesaran hati/limpa
 Colok rektum(rectal toucher)
3. Pemeriksaan laboratorium
4. Pemeriksaan radiologis
5. Endoskopi dan biopsi
6. Ultrasonografi
Uraian tentang prosedur diagostik dijelaskan lebih lanjut dalam fokus pengkajian keperawatan.
G. Pengobatan
Pengobatan pada stadium dini memberikan hasil yang baik.
1. Pilihan utama adalah pembedahan
2. Radiasi pasca bedah diberikan jika:
a. sel karsinoma telah menembus tunika muskularis propria
b. ada metastasis ke kelenjar limfe regional
c. masih ada sisa-sisa sel karsinoma yang tertinggal tetapi belum ada metastasis jauh.
(Radiasi pra bedah hanya diberikan pada karsinoma rektum).
3. Obat sitostatika diberikan bila:
a. inoperabel
b. operabel tetapi ada metastasis ke kelenjar limfe regional, telah menembus tunika muskularis propria atau telah dioperasi kemudian residif kembali.
Obat yang dianjurkan pada penderita yang operabel pasca bedah adalah:
1. Fluoro-Uracil 13,5 mg/kg BB/hari intravena selama 5 hari berturut-turut. Pemberian berikutnya pada hari ke-36 (siklus sekali 5 minggu) dengan total 6 siklus.
2. Futraful 3-4 kali 200 mg/hari per os selama 6 bulan
3. Terapi kombinasi (Vincristin + FU + Mthyl CCNU)
Pada penderita inoperabel pemberian sitostatika sama dengan kasus operabel hanya lamanya pemberian tidak terbatas selama obat masih efektif. Selama pemberian, harus diawasi kadar Hb, leukosit dan trombosit darah.Pada stadium lanjut obat sitostatika tidak meberikan hasil yang memuaskan.


II. FOKUS PENGKAJIAN KEPERAWATAN
A. Riwayat Keperawatan dan Pengkajian Fisik:
Berdasarkan klasifikasi Doenges dkk. (2000) riwayat keperawatan yang perlu dikaji adalah:
1. Aktivitas/istirahat:
Gejala:
- Kelemahan, kelelahan/keletihan
- Perubahan pola istirahat/tidur malam hari; adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur misalnya nyeri, ansietas dan berkeringat malam hari.
- Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsinogen lingkungan, tingkat stres tinggi.
2. Sirkulasi:
Gejala:
- Palpitasi, nyeri dada pada aktivitas
Tanda:
- Dapat terjadi perubahan denyut nadi dan tekanan darah.
3. Integritas ego:
Gejala:
- Faktor stres (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara mengatasi stres (merokok, minum alkohol, menunda pengobatan, keyakinan religius/spiritual)
- Masalah terhadap perubahan penampilan (alopesia, lesi cacat, pembedahan)
- Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu, tidak bermakna, rasa bersalah, kehilangan kontrol, depresi.
Tanda:
- Menyangkal, menarik diri, marah.
4. Eliminasi:
Gejala:
- Perubahan pola defekasi, darah pada feses, nyeri pada defekasi
Tanda:
- Perubahan bising usus, distensi abdomen
- Teraba massa pada abdomen kuadran kanan bawah
5. Makanan/cairan:
Gejala:
- Riwayat kebiasaan diet buruk (rendah serat, tinggi lemak, pemakaian zat aditif dan bahan pengawet)
- Anoreksia, mual, muntah
- Intoleransi makanan
Tanda:
- Penurunan berat badan, berkurangnya massa otot
6. Nyeri/ketidaknyamanan:
Gejala:
- Gejala nyeri bervariasi dari tidak ada, ringan sampai berat tergantung proses penyakit
7. Keamanan:
Gejala:
- Komplikasi pembedahan dan atau efek sitostika.
Tanda:
- Demam, lekopenia, trombositopenia, anemia
8. Interaksi sosial
Gejala:
- Lemahnya sistem pendukung (keluarga, kerabat, lingkungan)
- Masalah perubahan peran sosial yang berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
9. Penyuluhan/pembelajaran:
- Riwayat kanker dalam keluarga
- Masalah metastase penyakit dan gejala-gejalanya
- Kebutuhan terapi pembedahan, radiasi dan sitostatika.
- Masalah pemenuhan kebutuhan/aktivitas sehari-hari
B. Tes Diagnostik
Tes diagnostik yang sering dilakukan diuraikan pada tabel berikut:
Jenis Pemeriksaan Tujuan/Interpretasi Hasil

1. Pemeriksaan laboratorium:
 Tinja

 CEA (Carcino-embryonic anti-gen)





2. Pemeriksaan radiologis



3. Endoskopi dan biopsi




4. Ultrasonografi

Untuk mengetahui adanya darah dalam tinja (makroskopis/mikroskopis)
Kurang bermakna untuk diagnosis awal karena hasilnya yang tidak spesifik serta dapat terjadi psoitif/negatif palsu tetapi bermanfaat dalam mengevaluasi dampak terapi dan kemungkinan residif atau metastase.

Perlu dikerjakan dengan cara kontras ganda (double contrast) untuk melihat gambaran lesi secara radiologis.

Endoskopi dengan fiberscope untuk melihat kelainan struktur dari rektum sampai Recti. Biopsi diperlukan untuk menentukan jenis tumor secara patologi-anatomis.

Diperlukan untuk mengtahui adanya metastasis ke hati.





C. Prioritas Keperawatan
1. Dukungan proses adaptasi dan kemandirian
2. Meningkatkan kenyamanan
3. Mempertahankan fungsi fisiologis optimal
4. Mencegah komplikasi
5. Memberikan informasi tentang penyakit, perawatan dan kebutuhan terapi.

III. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Diare b/d inflamasi, iritasi, malabsorbsi usus atau penyempitan parsial lumen usus sekunder terhadap proses keganasan usus.
Ditandai dengan:
 Peningkatan bunyi usus/peristaltik
 Peningkatan defekasi cair
 Perubahan warna feses
 Nyeri/kram abdomen
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien, status hipermetabolik sekunder terhadap proses keganasan usus.
Ditandai dengan:
 Penurunan berat badan, penurunan lemak subkutan/massa otot, tonus otot buruk
 Peningkatan bunyi usus
 Konjungtiva dan membran mukosa pucat
 Mual, muntah, diare
3. Ansietas (uraikan tingkatannya) b/d faktor psikologis (ancaman perubahan status kesehatan, status sosio-ekonomi, fungsi-peran, pola interaksi) dan rangsang simpatis (proses neoplasma)
Ditandai dengan:
 Eksaserbasi penyakit tahap akut
 Penigkatan ketegangan, distres, ketakutan
 Iritabel
 Fokus perhatian menyempit
4. Koping individu tak efektif b/d intensitas dan pengulangan stesor melampaui ambang adaptif (penyakit kronis, ancaman kematian, kerentanan individu, nyeri hebat, sistem pendukung tak adekuat)
Ditandai dengan:
 Menyatakan ketidakmampuan menghadapi masalah, putus asa, ansietas
 Menyatakan diri tidak berharga
 Depresi dan ketergantungan
5. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d kurang pemaparan dan atau kesalahan interpretasi informasi.
Ditandai dengan:
 Mengajukan pertanyaan, meminta informasi atau kesalahan pernyataan konsep
 Tidak akurat mengikuti instruksi
 Terjadi komplikasi/eksaserbasi yang dapat dicegah

IV. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Diare b/d inflamasi, iritasi, malabsorbsi usus atau penyempitan parsial lumen usus sekunder terhadap proses keganasan usus.
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

1. Bantu kebutuhan defekasi (bila tirah baring siapkan alat yang diperlukan dekat tempat tidur, pasang tirai dan segera buang feses setelah defekasi).

2. Tingkatkan/pertahankan asupan cairan per oral.

3. Ajarkan tentang makanan-minuman yang dapat memperburuk/mencetus-kan diare.


4. Observasi dan catat frekuensi defekasi, volume dan karakteristik feses.

5. Observasi demam, takikardia, letargi, leukositosis, penurunan protein serum, ansietas dan kelesuan.

6. Kolaborasi pemberian obat-obatan sesuai program terapi (antibiotika, antikolinergik, kortikosteroid).



Defekasi tiba-tiba dapat terjadi tanpa tanda sehingga perlu diantisipasi dengan menyiapkan keperluan klien.


Mencegah timbulnya maslah kekurangan cairan.

Membantu klien menghindari agen pencetus diare.



Menilai perkembangan maslah.


Mengantisipasi tanda-tanda bahaya perforasi dan peritonitis yang memerlukan tindakan kedaruratan.

Antibiotika untuk membunuh/menghambat pertumbuhan agen patogen biologik, antikolinergik untuk menurunkan peristaltik usus dan menurunkan sekresi digestif, kortikosteroid untuk menurunkan proses inflamasi.



2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien, status hipermetabolik sekunder terhadap proses keganasan usus.



INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

1. Pertahankan tirah baring selama fase akut/pasca terapi


2. Bantu perawatan kebersihan rongga mulut (oral hygiene).

3. Berikan diet TKTP, sajikan dalam bentuk yang sesuai perkembangan kesehatan klien (lunak, bubur kasar, nasi biasa)

4. Kolaborasi pemberian obat-obatan sesuai indikasi (roborantia)



5. Bila perlu, kolaborasi pemberian nutrisi parenteral.


Menurunkan kebutuhan metabolik untuk mencegah penurunan kalori dan simpanan energi.

Meningkatkan kenyamanan dan selera makan.

Asupan kalori dan protein tinggi perlu diberikan untuk mengimbangi status hipermetabolisme klien keganasan.


Pemberian preparat zat besi dan vitamin B12 dapat mencegah anemia; pemberian asam folat mungkin perlu untuk mengatasi defisiensi karen amalbasorbsi.

Pemberian peroral mungkin dihentikan sementara untuk mengistirahatkan saluran cerna.






3. Kecemasan (uraikan tingkatannya) b/d faktor psikologis (ancaman perubahan status kesehatan, status sosio-ekonomi, fungsi-peran, pola interaksi) dan rangsang simpatis (proses neoplasma).

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

1. Orientasikan klien dan orang terdekat terhadap prosedur rutin dan aktivitas yang diharapkan.



2. Eksplorasi kecemasan klien dan berikan umpan balik.


3. Tekankan bahwa kecemasan adalah masalah yang lazim dialami oleh banyak orang dalam situasi klien saat ini.

4. Ijinkan klien ditemani keluarga (significant others) selama fase kecemasan dan pertahankan ketenangan lingkungan.

5. Kolaborasi pemberian obat sedatif.


6. Pantau dan catat respon verbal dan non verbal klien yang menunjukan kecemasan.

Informasi yang tepat tentang situasi yang dihadapi klien dapat menurunkan kecemasan/rasa asing terhadap lingkungan sekitar dan membantu klien mengantisipasi dan menerima situasi yang terjadi.

Mengidentifikasi faktor pencetus/pemberat masalah kecemasan dan menawarkan solusi yang dapat dilakukan klien.

Menunjukkan bahwa kecemasan adalah wajar dan tidak hanya dialami oleh klien satu-satunya dengan harapan klien dapat memahami dan menerima keadaanya.

Memobilisasi sistem pendukung, mencegah perasaan terisolasi dan menurunkan kecemsan.


Menurunkan kecemasan, memudahkan istirahat.

Menilai perkembangan masalah klien.



4. Koping individu tak efektif (koping menyangkal/defensif/depresi/agresi) b/d intensitas dan pengulangan stesor melampaui ambang adaptif (penyakit kronis, ancaman kematian, kerentanan individu, nyeri hebat, sistem pendukung tak adekuat).

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

1. Bantu klien mengembangkan strategi pemecahan masalah yang sesuai didasarkan pada kekuatan pribadi dan pengalamannya.

2. Mobilisasi dukungan emosional dari orang lain (keluarga, teman, tokoh agama, penderita kanker lainnya)

3. Kolaborasi terapi medis/keperawatan psikiatri bila klien mengalami depresi/agresi yang ekstrim.


4. Kaji fase penolakan-penerimaan klien terhadap penyakitnya (sesuai teori Kubler-Ross)

Penderita kanker tahap dini dapat hidup survive dengan mengikuti program terapi yang tepat dan dengan pengaturan diet dan aktivitas yang sesuai

Dukungan SO dapat membantu meningkatkan spirit klien untuk mengikuti program terapi.

Terapi psikiatri mungkin diperlukan pada keadaan depresi/agresi yang berat dan lama sehingga dapat memperburuk keadaan kesehatan klien.

Menilai perkembangan masalah klien.




5. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d kurang pemaparan dan atau kesalahan interpretasi informasi.

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

1. Kaji tingkat pengetahuan klien/orang terdekat dan kemampuan/kesiapan belajar klien.

2. Jelaskan tentang proses penyakit, penyebab/faktor risiko, dan dampak penyakit terhadap perubahan status kesehatan-sosio-ekonomi, fungsi-peran dan pola interaksi sosial klien.

3. Jelaskan tentang terapi pembedahan, radiasi dan kemoterapi serta efek samping yang dapat terjadi

4. Tekankan pentingnya mempertahan-kan asupan nutrisi dan cairan yang adekuat.
Proses pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kesiapan fisik dan mental klien.


Meningkatkan pengetahuan klien tentang masalah yang dialaminya.




Meningkatkan partisipasi dan kemandirian klien untuk mengikuti program terapi.


Penderita kanker yang mengikuti program terapi yang tepat dengan status gizi yang adekuat meningkatkan kualitas hidupnya.



________________________________________





































DAFTAR PUSTAKA

Carpenito (2000), Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik Klinis, Ed.6, EGC, Jakarta

Doenges at al (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3, EGC, Jakarta

Price & Wilson (1995), Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed.4, EGC, Jakarta

Soeparman & Waspadji (1990), Ilmu Penyakit Dalam, Jld.II, BP FKUI, Jakarta.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN CARSINOMA MAMMAE

A. PENGERTIAN CARSINOMA MAMMAE
Carsinoma mammae adalah neolasma ganas dengan pertumbuhan jaringan mammae abnormal yang tidak memandang jaringan sekitarnya, tumbuh infiltrasi dan destruktif dapat bermetastase ( Soeharto Resko Prodjo, 1995)
Carsinoma mammae merupakan gangguan dalam pertumbuhan sel normal mammae dimana sel abnormal timbul dari sel – sel normal, berkembang biak dan menginfiltrasi jaringan limfe dan pembuluh darah (Lynda Juall Carpenito, 1995).

B. PENYEBAB DAN FAKTOR PREDISPOSISI
Menurut C. J. H. Van de Velde
1. Ca Payudara yang terdahulu
Terjadi malignitas sinkron di payudara lain karena mammae adalah organ berpasangan
2. Keluarga
Diperkirakan 5 % semua kanker adalah predisposisi keturunan ini, dikuatkan bila 3 anggota keluarga terkena carsinoma mammae.
3. Kelainan payudara ( benigna )
Kelainan fibrokistik ( benigna ) terutama pada periode fertil, telah ditunjukkan bahwa wanita yang menderita / pernah menderita yang porliferatif sedikit meningkat.
4. Makanan, berat badan dan faktor resiko lain
Status sosial yang tinggi menunjukkan resiko yang meningkat, sedangkan berat badan yang berlebihan ada hubungan dengan kenaikan terjadi tumor yang berhubungan dengan oestrogen pada wanita post menopouse.
5. Faktor endokrin dan reproduksi
Graviditas matur kurang dari 20 tahun dan graviditas lebih dari 30 tahun
Menarche kurang dari 12 tahun
6. Obat anti konseptiva oral
Penggunaan pil anti konsepsi jangka panjang lebih dari 12 tahun mempunyai resiko lebih besar untuk terkena kanker.
C. GAMBARAN KLINIK
Menurut William Godson III. M. D
1. Tanda carsinoma
Kanker payudara kini mempunyai ciri fisik yang khas, mirip pada tumor jinak, massa lunak, batas tegas, mobile, bentuk bulat dan elips
2. Gejala carsinoma
Kadang tak nyeri, kadang nyeri, adanya keluaran dari puting susu, puting eritema, mengeras, asimetik, inversi, gejala lain nyeri tulang, berat badan turun dapat sebagai petunjuk adanya metastase.



D. ANATOMI








E. PATOFISIOLOGI
Carsinoma mammae berasal dari jaringan epitel dan paling sering terjadi pada sistem duktal, mula – mula terjadi hiperplasia sel – sel dengan perkembangan sel – sel atipik. Sel - sel ini akan berlanjut menjadi carsinoma insitu dan menginvasi stroma. Carsinoma membutuhkan waktu 7 tahun untuk bertumbuh dari sel tunggal sampai menjadi massa yang cukup besar untuk dapat diraba ( kira – kira berdiameter 1 cm). Pada ukuran itu kira – kira seperempat dari carsinoma mammae telah bermetastasis. Carsinoma mammae bermetastasis dengan penyebaran langsung ke jaringan sekitarnya dan juga melalui saluran limfe dan aliran darah ( Price, Sylvia, Wilson Lorrairee M, 1995 )






F. PATHWAYS






















Masalah keperawatan :
1. Nyeri berhubungan dengan manipulasi jaringan dan atau trauma karena pembedahan, interupsi saraf, diseksi otot.
2. Kerusakan integristas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi, adanya edema, destruksi jaringan.
3. Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan kerusakan drainase limpatik necrose jaringan.
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan kehilangan mammae dan atau perubahan gambaran mammae.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan carsinoma mammae dan pilihan pengobatan
6. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kemotherapi
7. Anxietas berhubungan dengan lingkungan Rumah Sakit yang tidak dikenal, ketidakpastian tentang hasil pengobatan carsinoma, perasaan putus asa dan tak berdaya dan ketidak cukupan pengetahuan tentang carsinoma dan pengobatan.

G. FOKUS PENGKAJIAN
1. Nyeri berhubungan dengan manipulasi jaringan dan atau trauma karena pembedahan, interupsi saraf, diseksi otot.
a. Kaji tingkat nyeri dengan P. Q. R. S. T.
 Provoking : Penyebab
 Quality : Kwalitas
 Region : Lokasi
 Severate : Skala
 Time : Waktu
b. Kaji efek nyeri pada individu dengan menggunakan individu dan keluarga
 Kinerja ( pekerjaan ) tanggung jawab peran
 Interaksi sosial
 Keuangan
 Aktifitas sehari – hari
 Kognitif / alam perasaan
 Unit keluarga ( respon anggota keluarga )
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi, adanya edema, destruksi jaringan
Hal yang dikaji :
a. Identifikasi faktor penyebab kerusakan integritas
b. Identifikasi rasional untuk pencegahan dan pengobatan, kerusakan integritas
c. Identifikasi tahap perkembangan
C1 Tahap I : eritema yang tidak memutih dari kulit yang utuh
C2 Tahap II : ulserasi pada epidermis atau dermis
C3 Tahap III : ulserasi meliputi lemak kutan
C4 Tahap IV : ulserasi meluas otot, telinga dan struktur penunjang
3. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan kerusakan drainase limfatik, necrose jaringan
a. Kaji tanda radang
b. Kaji intake
c. Kaji pemberian obat dengan 5 benar ( waktu, obat, nama, dosis, cara)
d. Kaji hasil laboratorium ( Hb, Albumin, Lekosit)
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan kehilangan mammae dan atau perubahan gambaran mammae
Hal yang dikaji :
a. Kaji perasaan terhadap kehilangan dan perubahan mammae
b. Kaji respon negatif verbal dan non verbal
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan carsinoma mammae dan pilihan pengobatan
Hal yang dikaji :
a. Tingkat pendidikan
b. Kemampuan dalam mempersepsikan status kesehatan
c. Perilaku kesehatan yang tidak tepat
6. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kemotherapi
Hal yang dikaji :
a. Kaji intake
b. Pantau berat badannya
c. Kaji hasil laboratorium ( Hb, Albumin, Gula darah )
d. Kaji mual dan muntah
7. Ansietas berhubungan dengan lingkungan Rumah Sakit yang tidak dikenal, ketidak pastian tentang pengaobatan, perasaan putus asa dan tak berada, ketidak cukupan pengetahuan carsinoma dan pengobatan
Hal yang dikaji :
a. Kaji dan ukur tanda - tanda vital
b. Kaji tingkat kecemasan, ringan, sedang, berat, panik
c. Kaji tingkat pendidikan

H. FOKUS INTERVENSI
Fokus intervensi dari perawatan pasien dengan carsinoma mammae
1. Nyeri berhubungan dengan manipulasi jaringan dan atau trauma karena pembedahan, interupsi, diseksi otot ( Danielle Gale, 1995; Doengos, 1993)
Kriteria evaluasi :
Pasien mengekspresikan penurunan nyeri
Intervensi :
Perhatikan lokasi nyeri, lamanya dan intensitasnya ( skala 1-10), perhatikan respon verbal dalam mengungkapkan nyeri, bantu pasien untuk posisi yang nyaman serta tindakan yang dapat memberi kenyamanan seperti masase punggung, dorong ambualasi dini dan teknik relaksasi, berikan obat sesuai pesanan.
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi adanya edema, destruksi jaringan ( Doengos, 1993)

Kriteria evaluasi :
Akan terjadi penyembuhan luka bebas drainase, purulen atau eritema
Intervensi
Obsrvasi balutan / luka setelah dilakukan perawatan luka, guna mengetahui karakteristik luka, drainase, quasi edema, kemerahan dan insisi pada mammae, tempatkan pada posisi semi fowler pada sisi puggung yang tidak sakit, injeksi dibagian yang tidak sakit, kosongkan drain secara periodik, catat jumlah dan karakteristik
3. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan kerusakan drainase limfalik karena diseksi nodus limfe aksilaris dan adanya drain pembedahan ( Danielle Gale, 1945)
Kriteria evaluasi
Tidak ada infeksi pada extremitas yang sakit dan atau pada daerah luka pembedahan
Intervensi
Observasi lengan yang sakit terhadap adanya tanda – tanda infeksi, observasi integritas kulit yang tertutup diatas dinding dada terhadap tanda dan gejala kemerahan, pembengkakan dan drainase, bau tidak sedap, serta warna kekuning – kuningan atau kehijau – hijauan, hindari penggunaan extremitas yang sakit untuk pemasangan infus, observasi daerah pemasangan drainase terhadap adanya tanda kemerahan, nyeri pembengkakan, atau adanya drainase purulenta, observasi kulit dan rawat kuku pada daerah yang sakit.
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan kehilangan mammae dan atau perubahan gambaran dari mastektomi segmental dan atau radiasi mammae ( Dainalle Galle, 1995)
Kriteria evaluasi
Anjurkan pasien untuk mengungkapkan perasaannya tentang diagnosa carsinoma mammae, pengobatannya dan dampak yang diharapkan atas gaya hidup, evaluasi perasaan pasien atas kehilangan mammae pada aktifitas sexual, hubungan dan citra tubuhnya, berikan kesempatan pasien terhadap rasa berduka atas kehilangan mammae, izinkan pasien mengungkapkan perasaan negatifnya.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan carsinoma mammae dan pilihan pengobatan ( Daianlle Galle, 1995)
Kriteria evaluasi
Pasien dapat berperan serta dalam pengambilan keputusan akan pengobatan carsinoma , pasien mendiskusikan rasional dari pengobatan dan mengungkapkan tindakan – tindakan yang kemungkinan timbul dari efek samping
Intervensi
Observasi pengetahuan pasien / keluarga mengenai carsinoma mammae dan anjurkan pengobatannya , jelaskan patofisiologi dari carsinoma mammae, hindari janji – janji yang tidak mungkin, berikan informasi tentang pilihan pengobatan yang sesuai
6. Anxietas berhubungan dengan lingkungan Rumah Sakit yang tidak dikenal, ketidak pastian pengobatan carsinoma, perasaan putus asa dan tak berdaya dan ketidak cukupan informasi dan pengobatannya ( Lynda Juall, 1993 )
Kriteria evaluasi
Pasien akan berbagi masalah mengenai diagnosa carsinoma
Intervensi
Berikan kesempatan pasien dan keluarga mengungkapkan perasaan, lakukan kontak sering, berikan suasana ketenangan dan rileks, tunjukkan sikap yang tidak menilai dan mendengar penuh perhatian, dorong diskusi tentang carsinoma dan pengalaman orang lain
7. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kemotherapi ( Danielle galle, 1995 )
Kriteria evaluasi
Berat badan naik atau turun
Intervensi
Monitor untuk mekanan tiap hari, timbang badan tiap hari jika memungkinkan, jelaskan pentingnya nutrisi adekuat, observasi ulang makanan pantang dan kesukaan, manipulasi lingkungan yang nyaman, bersih, dan tak berbau, anjurkan makan porsi kecil dan sering, kolaborasi ahli gizi untuk pemberian diet TKTP


DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall (1995), Buku saku diagnosa keperawatan dan dokumentasi, edisi 4, Alih Bahasa Yasman Asih, Jakarta, EGC

C. J. H. Van de Velde (1996), Ilmu bedah, Edisi 5, Alih Bahasa “ Arjono”
Penerbit Kedokteran, Jakarta, EGC

Carpenito, Lynda Juall (2000), Buku saku diagnosa keperawatan, edisi 8, alih Bahasa Monica Ester, Jakarta, EGC

Daniell Jane Charette (1995), Ancologi Nursing Care Plus, Elpaso Texas, USA Alih Bahasa Imade Kariasa, Jakarta, EGC

Theodore R. Schrock, M. D (1992), Ilmu Bedah, Edisi 7, Alih Bahasa Drs. Med Adji Dharma, dr. Petrus Lukmanto, Dr gunawan. Penerbit Kedokteran Jakarta, EGC

Thomas F Nelson, Jr M. D (1996), Ilmu Bedah, edisi 4, Alih Bahasa Dr. Irene Winata, dr. Brahnu V Pendit. Penerbit Kedokteran, Jakarta, E G C

COLORECTAL CANCER

1. Tinjauan Umum
Kanker dalam usus halus sangat jarang dan tidak dibahas dalam teks ini. Kanker colon dan rektum bagaimanapun kanker ini di USA terjadi paling banyak diantara laki-laki dan perempuan dan diantara keduanya ditetapkan secara bersama-sama ( American Cancer Society / ACS 1998 )
Kanker colon adalah penyebab kedua kematian di Amerika Serikat setelah kanker paru-paru ( ACS 1998 )
Penyakit ini termasuk penyakit yang mematikan karena penyakit ini sering tidak diketahui sampai tingkat yang lebih parah.Pembedahan adalah satu-satunya cara untuk mengubah kanker colorektal.

2. Patofisiologi
Perubahan Patologi
Tumor terjadi ditempat yang berada dalam colon mengikuti kira-kira pada bagian ( Sthrock 1991 a ) :
• 26 % pada caecum dan ascending colon
• 10 % pada transfersum colon
• 15 % pada desending colon
• 20 % pada sigmoid colon
• 30 % pada rectum
Gambar dibawah ini menggambarkan terjadinya kanker pada sigmoid dan colon kanan dan mengurangi timbulnya penyakit pada rektum dalam waktu 30 tahun ( Sthrock ).
Karsinoma colorektal sebagian besar menghasilkan adenomatus polip. Biasanya tumor ini tumbuh tidak terditeksi sampai gejala-gejala muncul secara berlahan dan tampak membahayakan.Penyakit ini menyebar dalam beberapa metode.Tumor mungkin menyebar dalam tempat tertentu pada lapisan dalam di perut,mencapai serosa dan mesenterik fat.Kemudian tumor mulai melekat pada organ yang ada disekitarnya,kemudian meluas kedalam lumen pada usus besar atau menyebar ke limpa atau pada sistem sirkulasi. Sistem sirkulasi ini langsung masuk dari tumor utama melewati pembuluh darah pada usus besar melalui limpa,setelah sel tumor masuk pada sistem sirkulasi,biasanya sel bergerak menuju liver. Tempat yang kedua adalah tempat yang jauh kemudian metastase ke paru-paru. Tempat metastase yang lain termasuk :
- Kelenjar Adrenalin
- Ginjal
- Kulit
- Tulang

- Otak
Penambahan untuk infeksi secara langsung dan menyebar melalui limpa dan sistem sirkulasi,tumor colon juga dapat menyebar pada bagian peritonial sebelum pembedahan tumor belum dilakukan. Penyebaran terjadi ketika tumor dihilangkan dan sel kanker dari tumor pecah menuju ke rongga peritonial.

3. Komplikasi
Komplikasi terjadi sehubungan dengan bertambahnya pertumbuhan pada lokasi tumor atau melelui penyebaran metastase yang termasuk :
 Perforasi usus besar yang disebabkan peritonitis
 Pembentukan abses
 Pembentukan fistula pada urinari bladder atau vagina
Biasanya tumor menyerang pembuluh darah dan sekitarnya yang menyebabkan pendarahan.Tumor tumbuh kedalam usus besar dan secara berangsur-angsur membantu usus besar dan pada akirnya tidak bisa sama sekali. Perluasan tumor melebihi perut dan mungkin menekan pada organ yang berada disekitanya ( Uterus, urinary bladder,dan ureter ) dan penyebab gejala-gejala tersebut tertutupi oleh kanker.
4. Etiologi
Penyebab dari pada kanker colorektal tidak diketahui. Diet dan pengurangan waktu peredaran pada usus besar ( Aliran depan feces ) yang meliputi faktor kausatif. Petunjuk pencegahan yang tepat dianjurkan oleh Amerika Cancer Society, The National Cancer Institute, dan organisasi kanker lainnya.
Makanan-makanan yang pasti di jurigai mengandung zat-zat kimia yang menyebabkan kanker pada usus besar ( Tabel 56-1 ). Makanan tersebut juga mengurangi waktu peredaran pada perut,yang mempercepat usus besar menyebabkan terjadinya kanker. Makanan yang tinggi lemak terutama lemak hewan dari daging merah,menyebabkan sekresi asam dan bakteri anaerob, menyebabkan timbulnya kanker didalam usus besar. Daging yang di goreng dan di panggang juga dapat berisi zat-zat kimia yang menyebabkan kanker. Diet dengan karbohidrat murni yang mengandung serat dalam jumlah yang banyak dapat mengurangi waktu peredaran dalam usus besar. Beberapa kelompok menyarankan diet yang mengadung sedikit lemak hewan dan tinggi sayuran dan buah-buahan ( e.g Mormons,seventh Day Adventists ).
Tabel 56-1. Makanan yang menyebabkan resiko terhadap Ca Colorektal :


Makanan yang harus dihindari :
- Daging merah
- Lemak hewan
- Makanan berlemak
- Daging dan ikan goreng atau panggang
- Karbohidrat yang disaring(example:sari yang disaring)
. Makanan yang harus dikonsumsi:
- Buah-buahan dan sayur-sayuran khususnya Craciferous Vegetables dari golongan kubis ( seperti brokoli,brussels sprouts )
- Butir padi yang utuh
- Cairan yang cukup terutama air
Karena sebagian besar tumor colorektal menghasilkan adenoma,faktor utama yang membahayakan terhadap kanker colorektal menyebabkan adenoma. Ada tiga type adenoma colorektal : tubular,villous dan tubulo villous ( akan di bahas pada polips ).Meskipun hampir besar kanker colorektal berasal dari adenoma,hanya 5% dari semua adenoma colorektal menjadi manigna,villous adenoma mempunyai potensial tinggi untuk menjadi manigna.
Faktor yang menyebabkan adanya adenoma benigna atau manigna tumor tidak diketahui poliposis yang bergerombol bersifat herediter yang tersebar pada gen autosom dominan. Ini di karakteristikkan pada permulaan adematus polip pada colon dan rektum.Resiko dari kanker pada tempat femiliar poliposis mendekati 100 % dari orang yang berusia 20 – 30 tahun.
Orang-orang yang telah mempunyai ucerative colitis atau penyakit Crohn’s juga mempunyai resiko terhadap kanker colorektal. Penambahan resiko pada permulaan usia muda dan tingkat yang lebih tinggi terhadap keterlibatan colon. Resiko dari kanker colorektal akan menjadi 2/3 kali lebih besar jika anggota keluarga menderita penyakit tersebut
5. Kejadian.
Kira-kira 152.000 orang di amerika serikat terdiagnosa kanker colorektal pada tahun 1992 dan 57.000 orang meninggal karena kanker ini pada tahun yang sama ( ACS 1993 ). Sebagian besar klien pada kanker colorektal mempunyai frekuensi yang sama antara laki-laki dan perempuan. Kanker pada colon kanan biasanya terjadi pada wanita dan Ca pada rektum biasanya terjadi pada laki-laki.
6. Alternatif Transcultural.
Kejadian Ca colorektal pada USA tampaknya mengalami kemunduran dari seluruh bangsa-bangsa lain kecuali pada laki-laki afrika dan amerika.Kejadian yang lebih besar terjadi terhadap kanker ini terjadi di daerah industri bagian barat dansebagian jepang firlandia dan afrika ini adalah pemikiran yang berhubungan dengan diet. Daerah yang penduduknya mengalami kejadian yang rendah terhadap Ca colon mempunyai diet tinggi terhadap buah-buahan,sayuran,ikan dan sebagian kecil daging.
COLABORATIF MANAGEMENT
PENGKAJIAN
1.Sejarah
Sejarah Ca pada klien diperoleh perawat berdasarkan usia dan jenis kelamin,sejarah diet dan keadaan dari letak geografi diet. Sebagian besar resiko yang menjadi pertanyaan perawat :
1. Sejarah dari keluarga terhadap Ca colorektal
2. Radang usus besar
3. Penyakit Crohn’s
4. Familial poliposis
5. Adenoma
Perawat bertanya tentang perubahan kebiasaan pada usus besar seperti diare dengan atau tanpa darah pada feces klien mungkin merasa perutnya terasa penuh ,nyeri atau berat badan turun tetapi biasanya hal tersebut terlambat ditemukan .
2. Pemeriksaan fisik.
Tanda-tanda Ca Colorektal tergantung pada letak tumor.Tanda-tanda yang biasanya terjadi adalah :
• Perdarahan pada rektal
• Anemia
• Perubahan feces
Kemungkinan darah ditunjukan sangat kecil atau lebih hidup seperti mahoni atau bright-red stooks.Darah kotor biasanya tidak ditemukan tumor pada sebelah kanan kolon tetapi biasanya ( tetapi bisa tidak banyak ) tumor disebelah kiri kolon dan rektum.
Hal pertama yang ditunjukkan oleh Ca Colorectal adalah :
• teraba massa
• pembuntuan kolon sebagian atau seluruhnya
• perforasi pada karakteristik kolon dengan distensi abdominal dan nyeri
Ini ditemukan pada indikasi penyakit Cachexia.
3. Pemeriksaan psikososial.
Orang-orang sering terlambat untuk mencoba perawatan kesehatan karena khawatir dengan diagnosa kanker. Kanker biasanya berhubungan dengan kematian dan kesakitan. Banyak orang tidak sadar dengan kemajuan pengobatan dan peningkatan angka kelangsungan hidup. Deteksi dini adalah cara untuk mengontrol Ca colorectal dan keterlambatan dalam mencoba perawatan kesehatan dapat mengurangi kesempatan untuk bertahan hidup dan menguatkan kekhawatiran klien dan keluarga klien.
Orang-oarang yang hidup dalam gaya hidup sehat dan mengikuti oedoman kesehatan mungkin merasa takut bila melihat pengobatan klinik, klien ini mungkin merasa kehilangan kontrol, tidak berdaya dan shock. Proses diagnosa secara umum meluas dan dapat menyebabkan kebosanan dan menumbuhkan kegelisahan pada pasien dan keluarga pasien. Perawat membolehkan klien untuk bertanya dan mengungkapkan perasaanya selama proses ini.
4. Pemeriksaan laboratorium
Nilai hemaglobin dan Hematocrit biasanya turun dengan indikasi anemia. Hasil tes Gualac positif untuk accult blood pada feces memperkuat perdarahan pada GI Tract. Pasien harus menghindari daging, makanan yang mengandung peroksidase ( Tanaman lobak dan Gula bit ) aspirin dan vitamin C untuk 48 jam sebelum diberikan feces spesimen. Perawat dapat menilai apakah klien pada menggumakan obat Non steroidal anti peradangan ( ibu profen ) Kortikosteroid atau salicylates. Kemudian perawat dapat konsul ke tim medis tentang gambaran pengobatan lain.
Makanan-makanan dan obat-obatan tersebut menyebabkan perdarahan. Bila sebenarnya tidak ada perdarahan dan petunjuk untuk kesalahan hasil yang positif.
Dua contoh sampel feses yang terpisah dites selama 3 hari berturut-turut, hasil yang negatif sama sekali tidak menyampingkan kemungkinan terhadap Ca colorektal. Carsinoma embrionik antigen (CEA) mungkin dihubungkan dengan Ca colorektal, bagaimanapun ini juga tidak spesifik dengan penyakit dan mungkin berhubungan dengan jinak atau ganasnya penyakit. CEA sering menggunakan monitor untuk pengobatan yang efektif dan mengidentifikasi kekambuhan penyakit
5. Pemeriksaan radiografi
Pemeriksaan dengan enema barium mungkin dapat memperjelas keadaan tumor dan mengidentifikasikan letaknya. Tes ini mungkin menggambarkan adanya kebuntuan pada isi perut, dimana terjadi pengurangan ukuran tumor pada lumen. Luka yang kecil kemungkinan tidak teridentifikasi dengan tes ini. Enema barium secara umum dilakukan setelah sigmoidoscopy dan colonoscopy.
Computer Tomografi (CT) membantu memperjelas adanya massa dan luas dari penyakit. Chest X-ray dan liver scan mungkin dapat menemukan tempat yang jauh yang sudah metastasis.
.
6. Pemeriksaan Diagnosa lainnya.
Tim medis biasanya melakukan sigmoidoscopy dan colonoscopy untuk mengidentifikasi tumor. Biopsi massa dapat juga dilakukan dalam prosedur tersebut.
ANALISIS
1. Diagnosa keperawatan utama
.Pasien dengan tipe Ca colorektal mempunyai diagnosa keperawatan seperti dibawah ini:
a. Resiko tinggi terhadap luka s.d efek dari tumor dan kemungkinan metastase.
b. Ketidakefektifan koping individu s.d gangguan konsep diri.
2. Diagnosa keperawatan tambahan
a. Nyeri s.d obstruksi tumor pada usus besar dengan kemungkinan menekan organ yang lainnya.
b. Gangguan pemeliharaan kesehatan s.d kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, program diagnosa dan rencana pengobatan.
c. Ketidakefektifan koping keluarga : Kompromi s.d gangguan pada peran, perubahan gaya hidup dan ketakutan pasien terhadap kematian.
d. Gangguan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh s.d program diagnosa.
e. Ketakutan proses penyakit
f. Ketidakberdayaan s.d penyakit yang mengancam kehidupan dan pengobatannya.
g. Gangguan pola sexual s.d gangguan konsep diri.

PERENCANAAN DAN IMPLEMENTASI
RESIKO TINGGI TERHADAP LUKA
Perencanaan : Tujuan Klien. Tujuan untuk klien adalah :
a. Pengalaman pengobatan atau memperpanjang kelangsungan hidup.
b. Pengalaman untuk meningkatkan kualitas hidup.
c. Tidak ada pengalaman tentang komplikasi kanker termasuk metastase.
Intervensi :
Pembedahan biasanya pengobatan untuk tumor di kolon atau rektal.Tetapi radiasi dan kemoterapi mungkin juga digunakan untuk membantu pembedahan, untuk mengontrol dan mencegah kekambuhan kanker.
Pelaksanaan tanpa pembedahan.
Tim medis dapat menilai kanker tiap pasien untuk menentukan rencana pengobatan yang baik dengan mempertimbangkan usia, komplikasi penyakit dan kualitas.
Terapi radiasi
Persiapan penggunaan radiasi dapat diberikan pada pasien yang menderita Ca kolorektal yang besar, walaupun ini tidak dilaksanakan secara rutin. Terapi ini dapat menyebabkan kesempatan yang lebih banyak dari tumor tertentu, yang mana terjadi fasilitas reseksi tumor selama pembedahan.
Radiasi dapat digunakan post operatif sampai batas penyebaran metastase. Sebagai ukuran nyeri, terapi radiasi menurunkan nyeri, perdarahan ,obstruksi usus besar atau metastase ke paru-paru dalam perkembangan penyakit.
Perawat menerangkan prosedur terapi radiasi pada klien dan keluarga dan memperlihatkan efek samping (contohnya diare dan kelelahan). Perawat melaksanakan tindakan untuk menurunkan efek samping dari terapi .
Kemoterapi
Obat non sitotoksik memajukan pengobatan terhadap Ca kolorektal kecuali batas tumor pada anal kanal. Bagaimanapun juga 5 fluorouracil (5-FU,Adrucil) dan levamisole (ergamisol) telah direkomendasikan terhadap standar terapi untuk stadium khusus pada penyakit (contoh stadium III) untuk mempertahankan hidup. Kemoterapi juga digunakan sesudah pembedahan untuk mengontrol gejala-gejala metastase dan mengurangi penyebaran metastase. Kemoterapi intrahepatik arterial sering digunakan 5 FU yang digunakan pada klien dengan metastasis liver.
Manajemen pembedahan
Reseksi kolon dengan atau tanpa kolostomi dan reseksi perineal abdomen adalah prosedur umum pembedahan terhadap Ca kolorektal.
Reseksi kolon
Tipe khusus terhadap reseksi dan keputusan untuk membuat kolostomi sementara atau permanen tergantung pada :
- Lokasi dan ukuran tumor
- Tingkat komplikasi (contoh obstruksi atau perforasi)
- Kondisi klien
Reseksi kolon melibatkan pemotongan pada bagian kolon dengan tumor dan meninggalkan batas area dengan bersih.
Perawatan Pre operatif
Perawat membantu klien untuk menyiapkan reseksi kolon dengan mempertegas keterangan dari dokter terhadap prosedur rencana pembedahan. Klien menanyakan kepastian tentang kemungkinan perubahan yang terjadi pada anatomi dan fisiologi setelah pembedahan sebelum evaluasi pembedahan tumor dan kolon, dokter mungkin tidak dapat menentukan apakah kolostomo diperlukan sementara atau permanen. Jika ini sebuah penyakit dokter memberikan pertolongan pada klien tentang kemungkinan kolostomi. Ketika dokter memastikan kolostomi akan diperlukan, klien bertanya tentang kolostomi sebelum pembedahan. Jika kolostomi pasti direncanakan, perawat mengkonsulkan terapi enterostomal untuk menasehati penempatan ostomi yang optimal dan mengintruksikan kepada klien tentang fungsi umum ostomi dan rasionalnya. Terapi enterostomal adalah perawat yang recatat mempunyai latihan spesialisasi yang lengkap dan disahkan dalam perwatan ostomi.
Tidak berfungsinya alat sexual adalah suatu masalah yang potensial untuk laki-laki dan wanita yang mengalami Ca bedah rektal.Pembicaraan dokter ini tentang resiko terhadap klien,dan yang mendukung klien dalam usaha ini.Perawat mempersiapkan klien untuk bedah abdomen dengan anestesi umum.
Jika usus tidak obstruktif atau perforasi,rencananya adalah bedah elektif. Klien menerima dengan sungguh-sungguh pembersihan dari usus, atau ‘persiapan pembersihan usus ‘, untuk meminimalkan pertumbuhan bakteri dan mencegah terjadinya komplikasi, untuk persiapan pembersihan usus klien mengintruksikan untuk menentukan diet mereka untuk membersikan cairan cairan 1-2 hari sebelum pembedahan. Pembersihan mekanik akan sempurna dengan pencuci perut dan pemasukan cairan ke dalam poros usus atau dengan melavement seluruh isi perut. Untuk melavement seluruh isi perut, kuantitas besar makanan klien pada sodium sulfat dan poliyethilene glycol solution. Solusi yang melebihi kapasitas absobsi pada usus kecil dan colon bersih dari feces. Untuk mengurangi bahaya infeksi, para ilmuwan memberikan antibiotik oral atau intravena untuk di berikan pada hari sebelum pembedahan
Prosedur Operatif
Ahli bedah membuat insisi dalam perut dan memeriksa rongga abdomen untuk menentukan letak reseksi dari tumor tersebut. Bagian dari colon dengan tumor adalah menghilangkan dan terkhir membuka dua pada usus yang di irigasi sebelum hubungannya dengan colon. Jika hubungan ini tidak dapat dijalankan karena lokasi pada tumor atau kondisi pada usus.( Contoh inflamasi) ,kolostomi meningkat. Ahli bedah membuat colostomi dengan membuat pembukaan dalam lubang. Pada kolon ( Lubang kolostomi ) atau dengan membagi kolon dan terakir membawa keluar satu ( Akhir terminal kolostomi ), sisa setoma adalah sisa lubang menjahit luka untuk kulit pada abdomen. Kolostomi mungkin dapat meningkat pada kolon ascending,transversum,descending atau kolon sikmoit
Prosedur Hartman sering kali di lakukan ketika kolostomi sementara yang menghendaki untuk istirahat dan beberapa bagian usus. Kolon proksimal di gunakan untuk membuat kolostomi. Ahli bedah menjahit ujung distal dari kolon dan tempat dalam rongga abdomen atau eksterior pada mucus fitula.
Perawatan post operatif
Klien yang mempunyai kerusakan kolon tanpa menerima perawatan kolostomi sejenis, untuk klien yang menderita sedikit bedah abdomen.
Pasien yang mempunyai kolostomi dapat kembali dari pembedahan dengan sebuah sistem kantung ostomi pada tempatnya. Bila tidak ada sistem kantung pada tempatnya, Perawat meletakkan pembalut petrolatum tipis pada seluruh setoma untuk menjaganya untuk tetap lembab. Kemudian, stoma ditutup dengan pembalut steril yang kering. Perpaduan dengan terapi enterostomal (ET), perawat meletakkan sistem kantung sesegera mungkin. Sistem kantung kolostomi membuat lebih nyaman dan pengumpulan feces lebih bisa di terima dari pada dengan pembalutan.
Perawat mengobserfasi untuk :
- Nekrosis jaringan
- Perdarahan yang tidak biasa
- Warna pucat, yang mengindikasikan kurang sirkulasi
Stoma yang sehat berwarna merah muda-kemerahan-dan lembab. Sejumlah kecil perdarahan pada stoma adalah biasa tetapi perdarahan lain dilaporkan pada dokter bedah. Perawat juga secara berfrekuensi memeriksa sistem katung untuk mengetahui kondisinya tetap baik dan tanda-tand kebocoran.
Colostomi harus mulai berfungsi 2 – 4 hari setelah operasi. Ketika colostomi mulai berfungsi , kantung perlu dikosongkan secara berfrekuensi untuk menghilangkan gas yang terkumpul. Kantung harus di kosongkan bila sudah 1/3 –1/2 nya sudah penuh feces. Feces berbentuk cair sesudah operasi, tetapi menjadi lebih padat, tergantung pada di mana stoma diletakkan pada kolon. Sebagai contoh feces dari kolostomi dalam kolon bagaian atas yang naik adalah cair, feces di kolostomi dalam kolon melintang berbentuk pasta ( mirip dengan feces seperti biasanya yang dikeluarkan dari rektum ).
Aspek penting yang lain dari kolostomi adalah perawatan kulit. Barier pelindung di letakkan pada kulit sebelum kantung di pasang. Perawat mengamati kulit di sekitar stoma, untuk kulit kemerahan atau kerusakan kulit dan memberitahukan pada dkter atau ahli terapi atau fisik bila terjadi iritasi kulit.
Pemindahan Abdominal – Perineal
Bila ada tumor rektal, struktur pendukung rektum dan rektal dapat perlu di pindahkan. Pemindahan abdominal perineal biasanya membutuhkan kolostomi yang permanen untuk evaluasi. Bagaimanapun dengan improfisasi pada teknik pembedahan, banyak pasien dapat menjalani pemindahan kolon dengan spincter rektal dibiarkan utuh. Dengan demikian kebutuhan kolostomi dapat di hindari.
Perawatan pra operasi
Perawatan pra operasi untuk pasien yang menjalani pemindahan A/P sama dengan yang diberikan pada pasien yang menjalani pemindahan kolon ( lihat bagian awal ).


Prosedur Operasi
Dokter bedah membuka kolon sigmoit, kolon rekto sigmoid, rektum dan anus melalui kombinasi irisan pada abdominal dan perineal. Di buat akiran yang permanen dari kolostomi sigmoid.
Perawatan pasca operasi
Perawatan pasca operasi setelah pemindahan A/P adalah sama dengan perawatan yang diberikan setelah pemindahan kolon dengan pembuatan kolostomi sigmoid. Perawat bekerja sama dengan dokter ET untuk menyediakan perawatan kolostomi dan pasien serta pendidikan untuk keluarga.
Ada 3 metode dalam pembedahan untuk menutup luka :
• Luka dibiarkan terbuka, kasa diletakkan pada luka, dibiarkan pada tempatnya selama 2-5 hari. Bila ahli bedah melakukan pendekatan ini, irigasi luka dan kasa absorben digunakam sampai tahap penyembuhan.
• Luka dapat sebagian saja ditutup karena penggunaan jahitan luka atau bedah penrose yang diletakkan untuk pengeringan cairan yang terkumpul didalam luka.
• Luka dapat ditutup seluruhnya , kateter diletakkan melalui luka sayatan sepanjang sisi luka perineal dan dibiarkan selama 4-6 hari. Satu kateter digunakan untuk irigasi luka dengan salin isotoni yang steril dan kateter yang lain dihubungkan pada pengisapan yang bawah.
Pengeringan dari luka parineal dan rongga perut adalah penting karena kemungkinan infeksi dan pembentukan abses. Pengeringan copius serosa nguineous dari luka perineal adalah diharapkan penyembuhan luka perineal dapat memerlukan 6-8 bulan. Luka dapat menjadi sumber rasa tidak nyaman pada irisan abdominal dan ostomi. Dan perlu perawatan yang lebih baik dan intensif. Pasien dapat dihantui rasa sakit pada rektal karena inerfasi simpatik untuk kontrol rektal tidak diganggu. Sakit dan rasa gatal kadang-kadang bisa terjadi srtelah penyembuhan. Tidak ada penjelasan secara fisiologis untuk rasa ini. Intervensi dapat termasuk pengobatan anti puritis seperti bezocain dan sitz baths. Perawat : - Menjelaskan fisiologi dari sensasi perineal pada pasien
-Secara berkelanjutan menilai tanda infeksi, nanah atau komplikasi lainnya.
-Metode pelaksanaan menbentuk pengeringan luka dan kenyamanan ( Bab 56-2 ).
PENAANGGULANGAN SECARA INDIVIDUAL YANG TAK EFEKTIF
Rencana: Tujuan pasien
Tujuannya adalah bahwa pasien akan mengidentifikasi, mengembangkan dan menggunakan metode penanggulangan yang efektif dalam persetujuan dengan meluhat perubahan dan takut kehilangan pengalaman.
INTERVENSI
Pasien dan keluarganya dihadapkan dengan isu atau rumor penyakit kanker kemungkinan kehilangan fungsi tubuh dan perubahan fungsi tubuh.
Perawat mengamati dan mengidentifikasi :
• Metode baru penanggulangan pasien dan keluarganya
• Sumber dukungan atau semangat yang efektif digunakan pada saat setelah krsisis
POKOK-POKOK ILMU KEPERAWATAN LUKA PERINEAL
* Perawatan luka
irigasi luka dengan normal salin povidon iodin ( betadin ) atau larutan peroksida sering seringnya diperintahkan oleh dokter menggunakan tehnik steril dengan teliti.
- Letakkan kasa penghisap diatas luka
- Ajarkan klien bahwa dia boleh :
1. Menggunakan serbet wanita sebagai pembalut .
2. Memakai celana dalam tipe joki dari petinju
3. Mencukur rambut perineal sering-sering
* Langkah-langkah kenyamanan
@ Rendam daerah luka dalam air ukuran 10 – 20 minimal 3 atau 4 kali per hari.
@ Berikan obat sakit sesuai perintah dan taksiran yang efektif
@ Ajarkan pasien tentang aktifitas yang diperbolehkan. Klien boleh :
- Mengambil posisi berbaring menyamping di tempat tidur, menghindari duduk untuk waktu lama.
- Menggunakan bantal busa atau bantal yang lembut untuk duduk sewaktu-waktu dalam posisi duduk.
- Menghindari penggunaan alat cincin udara tau kue karet
* Pencegahan komplikadsi
a. Pertahankan keseimbangan larutan dan elektrolit dengan melihat kemasukan dan pengeluaran serta melihat pengeluaran dari luka perineal.
b. Observasi intregitas barisan jahitan, perhatikan eritema, edema, perdarahan ,drainage purulent, bau yang luar biasa dan berlebihan atau perasaan sakit yang teru-menerus.
Klien dan keluarganya memperkenalkan ajaran tentang masalah kesehatan ke klien
Perawat mendorong pasien untuk mengungkapkan dengan kata-kata perasaan tentang ostmi. Perawat mengatakan bahwa kesedihan, kemarahan, perasaan kehilangan dan depresi adalah respon normal untuk perubahan fungsi tubuh.
Hal itu dapat menolong diskusi tentang kolostomi sebagai satu aspek perawatan pasien dari pada membuat hal itu sebagai dari perawatan, seperti defekasi hanya satu aspek fungsi fisiologi pasien. Perawat mendorong pasien untuk melihat dan menyentuh stoma. Waktu tenaga jasmani klien mampu, perawat mendorong pasien berpartisipasi dalam perawatan kolostomi. Perawat membantu pasien dan keluarganya dalam merumuskan pertanyaan dan menungkapkan dengan kata-kata. Perwat mengobserfasi apakah pasien mempunyai informasi penting dan mempunyai kemampuan psikomotor yang di pelajari utuk perawatan kolostomi. Partisipasi dalam membantu untuk memulihkan perasaan pasien dalam mengontrol gaya hidup dan memudahkan peningkatan menghargai diri sendiri.
PERENCANAAN PERAWATAN
* Persiapan perawatan rumah
Perawat menilai semua pasien mempunyai kemampuan melakukan perawatan insisi dan aktifitas hidup sehari-hari ( ADL ) dalam batas-batas tertentu.
Untuk pasien yang menjalani kolostomi, perawat menimbang situasi rumah untuk membantu pasien dalam pengaturan perawatan. Jadi ostomi akan berfungsi secara tepat, pasien dan keluarga harus menjaga persediaan ostomi di daerah ( kamar mandi lebih disukai ) dimana temperatur tidak panas juga tidak dungin ( rintangan kulit dapat menjadi keras atau meleleh dalam temperataur ekstrim ).
Tidah ada perubahan yang di butuhkan dalam akomodasi tidur. Beberapa pasien pindah ke ruangan tersendiri atau ke tempat tidur kembar. Ini dapat menuntun jarak fisik dan emosionil dari suami atau istri dan yang penting lainnya. Penutup karet pada awalnya dapat di tempatkan di atas kasur tempat tidur jika pasien merasa gelisah tentang sistem kantung.
* Pengajaran kesehatan
Pasien yang menjalani reseksi kolon tanpa kolostomi menerima instruksi untuk kebutuhan spesifik di berokan sama pada pasien yang menjalani bedah abdomen. Di samping informasi ini, perawat mengajar semua pasien dengan reseksi kolon untuk melihat dan manifestasi laporan klinik untuk opstruksi usus dan perforasi.
Rehabilitasi sesudah bedah ostomi mengharuskan pasien dan keluarga belajar prinsip perawatan kolostomi dan kemampuan psikomotor untuk memudahkan perawatan ini. Memberikan informasi adalah penting, tetapi perawat juga harus memberikan kesempatan yang cukup kepada pasien untuk belajar kemampuan psikomotor yang terlibat dalam perawatan ostomi sebelum pelaksanaan. Waktu latihan yang cukup direncanakan untuk pasien dan keluarga atau yang penting lainnya. Sehingga mereka dapat mengurus, memasang dan menggunakan semua perawatan ostomi. Perawat mengajar pasien dan keluarga :
• Tentang stoma
• Pengunaan, perawatan dan pelaksanaan sistem kantung
• Pelindung kulit
• Kontrol diet atau makanan
• Kontrol gas dan bau
• Potensial masalah dan solusi
• Tips bagaimana melanjutkan aktifitas normal, termasuk bekerja, perjalanan dan hubungan seksual.
Pasien dengan kolostomi sigmoit mungkin beruntung dari irigasi kolostomi untuk mengantur eliminasi. Perawat mendiskusikan teknik ini dengan pasien dan keluarga untuk menentukan itu dikerjakan dan dirasakan berharga. Jika metode ini di pilih, perawat mengajar pasien dan keluaraga bagaimana melakukan irigasi kolostomi. Berbagai macam alat ajar dapat di gunakan. Instruksi tertulis menolong sebab clien dapat mengambil contoh ini sebagai acuan untuk waktu yang akan datang. Reposisin sangat diperlukan dalam mengajarkan pada pasien tentang kemampuan ini. Kegelisahan, ketakutan, rasa tidak nyaman dan semua bentuk tekanan mengubah pasien dan kemampuan keluarga pasien untuk belajar dan mengumpulkan informasi.
Dalam rangka menginstruksikan pada pasien tentang manifestasi klinis dari gangguan penyumbatan dengan dibuatnya lubang. Perawat juga menyarankan pada pasien dengan kolostomi untuk melaporkan adanya demam ataupun adanya serangan sakit yang timbul mendadak atau pun rasa berdenyut/ bergelombang pada sekitar stoma.
Persiapan Psikososial
Diagnosa kanker dapat menghentikan emosional klien dan keluarga atau orang penting lainnya, tetapi pengobatan di sambut sebab itu memberikan harapan dalam mengontrol penyakit. Perawat memeriksa reaksi sakit pasien dan persepsi dari interfensi yang di rencanakan.
Reaksi pasien terhadap pembedahan ostomi,yang mana mungkin termasuk pengrusakan dan melibatkan :
• Perasaan sakit hati terhadap yang lain
• Perasaan kotor, dengan penurunan nilai rasa
• Takut sebagai penolakan
Perawat mengijinkan pasien untuk mengungkapkan dengan kata-kata perasaannya. Dengan mengajarkan pasien bagaimana fisiknya mengatur ostomi, perawat membantu pasien dalam memperbaiki harga diri dan meningkatkan body image, yang mana memiliki peranan penting dalam hubungan yang kokoh dengan yang lain. Pemasukan keluarga dan orang lain yang penting dalam proses rehabilitasi, juga menolong mempertahankan persahabatan dan meningkatkan harga diri pasien.

Sumber Perawatan Kesehatan
Sumber sementara di sediakan untuk melengkapi kerja perawat, meliputi perawatan lanjutan di lingkungan rumah. Dan mendukung keperluan pasien di saat perawat tidak dapat menemui pasien.
Social Services Department
Perawat membuat referensi kerja untuk :
• Mendukung kemajuan konseling emosionalpada pasien dan keluarganya serta orang lain yang berkepentingan
• Menolong dalam mengatur masalah mengenai keuangan yang mungkin di miliki pasien dan keluarganya
• Mengatur perawatan rumah ataupun perawatan pencegahan penyebaran bila di perlukan
Terapi Enterostomal
Perawat membuat referensi untuk terapi enterostomal ( ET ) untuk :
• Menolong memberi pengetahuan dan pengertian agar pasien tenang sebelum operasi
• Evaluasi dan memberi tanda pada tempat yang akan dibuat stoma
• Menolong dengan perawatan setelah operasi dan memberikan pengajaran
• Menyediakan konsultasi mengenai masalah perawatan
• Bersedia membantu dalam proses pelepasan
Asosiasi Perkumpulan Ostomi
Perawat menyediakan informasi tentang United Ostomy Assosiation, sebuah badan pembantu bagi orang-orang dengan ostomies. Literatur seperti publikasi organisasi dan informasi mengenai penerbit-penerbit lokal di berikan kepada pasien. Organisasi ini membawa program kunjungan yang mendatangkan pelatih kusus ( juga memiliki ostomi ) untuk bicara dengan pasien. Setelah memperhatikan klien, perawat membuat referensi untuk program pemeriksaan lalu fisitor dapat memantau pasien preoperatif sampai post operatif. Dokter mengijinkan untuk kunjungan.
American Cancer Society
Difisi lokal atau unit dari amerika cancer society dapat menyediakan peralatan obat dan supli yang penting, pelayanan kesehatan di rumah, akomodasi, dan sumber-sumber lain untuk pasien yang dalam perawata kanke ataupun operasi ostomi. Perawat menginformasikan pada pasien dan keluarganya tentang progaram yang di sediakan melalui difisi lokal ataupun unit-unit.
Home Health Agency
Perawat ataupun manager kasus membuat rujukan ke agen kesehatan rumah untuk menyediakan perawatan lanjutan. Sumber ini membantu dalam perawatan fisik, pengajaran dan dukungan emosional ketika pasien kembali ke lingkungan rumah.
Lokal Pharmacy
Perawat menginformasikan pada pasien dan keluarganya apakah yang di butuhkan dari suplai ostomi dan di mana mereka bisa membeli. Harga dan lokasi di jelaskan sejelasnya sebelum rekomendasi di buat untuk pasien.
EVALUASI
Perawat mengevaluasi penyediaan perawatan untuk pasien dengan kanker colorektal. Hasil yang di harapkan adalah meliputi bagaimana pasien akan :
• Mendemonstrasikan penyembuhan dari proses operasi dengan mengembalikan fungsi gastrointestinal dengan pernafasan yang stabil, sistem kardiovaskuler dan sistem ginjal kembali normal.
• Mendemonstrasikan perawatan luka, dan apabila di aplikasikan perawatan kolostomi dengan bantuan yang minimal.
• Mendemonstrasikan cara koping yang efektif dengan merasionalkan diagnosa kanker dan perawatannya.

PEMECAHAN MASALAH SPESIAL DALAM PENGGUNAAN KOLOSTOMI
Problem : Bau.
• Makanan : Produks susu ( susu mendidih, telur dan beberapa keju ), ikan, bawang putih, kopi, alkohol, kacang-kacangan, prunes, buncis, kubis, asparagus, lobak, brokoli, lobak cina, makanan yang banyak sekali bumbunya.
• Obat : Antibiotik, vitamin,zat besi.
Solusi :
• Bayam, jus berry, yogurt, susu, sayuran hijau, meningkatkan vitamin C pada makanan atau persediaan vitamin.
• Obat oral :
- Tablet klorofil untuk bau fecal (menyerap gas)
- Tablet chorcoal
- Bismuth bicarbonat
- Bismuth subgallate(Devrom atau biscaps) 1 atau 2 tablet dengan makanan dan 1 tablet hs
• Persiapan kantong :
- Kantong tahan bau atau kantong dengan mekanisme kontrol bau
- Persediaan pabrik (tempat sejumlah kecil kantong ) : Banish II atau superbanish (united),odor- guard (marlan), ostobon (pettibonelaps), aktivated charcoal, ostomi deodorant (sween), nilodor, devko tablets (partenon Co), D-odor, M-9 (masonlab).
- Larutan sodium bicarbonat (merendam bola kapas dalam kantong)
- Vanila, papermint, lemon atau sari almond (letakkan 10 tetes ke dalam kantong atau merendam bola kapas ).
- Bumbu favorit, cengkeh atau kayu manis
- Obat kumur (contoh : cepacol, listerine). Beberapa tetes dalam kantong atau bola kapas direndam dalam kantong.
• Kebersihan kantong :
- Wisk dan air (larutan 1 : 1)
- Baking soda dan air (larutan 1 : 1)
- Cuka putih ramah tangga dan air (larutan 1 :1 )
- Produk pabrik :uri- klin, uni- wash (united), periwash (sween), skin care cleaner (bard).
- Baking soda (sesudah mengeringkan kantong, bubuk dalam baking soda ).
Problem : Gas dalam perut
• Aktivitas : makan cepat dan berbicara diwaktu yang sama, permen karet, merokok, mendengkur, gangguan emosional.
• Makanan : jamur, bawang ,buncis, kubis, kubis brussel, keju, telur, bir, minuman karbonat, ikan, makanan yang banyak bumbunya, beberap minuman buah, jagung, daging babi, kopi, makanan tinggi lemak.
Solusi :
• Menghindari aktivitas itu, makan padat sebelum mengambil yang cair
• Adaptasi kantong : pergunakan kantong dengan gas atau penyaring bau.
Problem : Iritasi kulit
• Alergi : eritema, erosi , edema, tangisan, pendarahan , kegatalan, panas, perih, iritasi dengan bentuk yang sama sebagai alergi bahan tertentu
• Pembongkaran bahan kimia : stool, urin, lem, pelarut, sabun, detergen, proteolitic,enzim digestif.
• Hiperplasia epidermal : meningkatkan pembentukan sel epidermal yang menyebabkan bahan pengental diratakan diluar kulit.
• Trauma mekanik : tekanan, pergeseran, pengelupasan kulit (contoh : bahan perekat , plester, ikat pinggang).
Solusi :
• Cream : sween cream, unicare crem atau holister skin.
Conditioning cream (gunakan jumlah kecil dan gosokkkan, plester akan melekat waktu kering).
• Bubuk (karaya gung, stoma hesive, corn starch) digunakan dengan jel kulit (skin prep, skin gel).
• Antacids: alumuniun hidroksida (ampho gel, maalox) digunakan dengan skin sealant (skin prep, skin gel).
• Skin sealant alone (untuk kulit yang agak memerah).
• Skin barrier : satu aplikasi selama 24 hari atau lebih panjang yang dapat membersihkan iritasi dengan cepat.
• Lem/perekat (holister premium , stoma hesive) digunakan untuk mengisi lipatan dan tempat.
• Pengering rambut dalam keadaan dingin untuk menurunkan kelembaban.
• Jangan menempeli atau membocorkan ,perbaiki masalah kebocoran segera.

PROSEDUR IRIGASI
1. Siapakan alat yang di perlukan :
- Alat irigasi berserta lengan irigasi.
- Selang beserta klem
- Kateter
- Botol untuk larutan irigasi
- Perawatan kulit
- Kantung baru yang siap pakai
2. Memindahkan kantong yang lama dan membuangnya
3. Bersihkan daerah stoma dan kulit
4. Pasangkan lengan irigator dan tempatakn pada akhir lengan yang masuk ke toilet
5. Mengisi botol irigasi dengan 500 – 1000 ml air hangat
6. Menggantung botol irigasi dengan dasar botol setinggi bahu
7. Biarkan cairan mengali terus ke dalam selang untuk mengeluarkan atau memudahkan udara keluar dari dalam selang
8. Masukkan dengan hati-hati kateter 2-4 inci ke dalam stoma jangan di paksakan, masukkan caiaran pelan-pelan.
9. Berikan kira-kira 15-20 menit.Kemudian feces sebagian besar keluar, tangan di bilas, keringkan pantat, gulung sleeve dan untuk yang terakhir tutup.Anda bisa melakukan aktivitas lain 30-40 menit kemudian.
10. Kemudian kosongkan feces seluruhnya, pindahkan lengan irigator, bersihkan stoma dan pasang kantong yang baru
11. Bersihkan lengan irigator kemudian keringkan dan simpa
Spesial Tips
1. Irigasikan sedikitnya sekali dalam 24 jam.
2. Anda boleh berharap untuk memakai tutup stoma kecil dari suatu kantong di antara irigator.
3. Jika kram terjadi sementara anda sedang mengirigasi, hentikan irigasi dan tunggu.Setelah kram redah dan anda siap untuk menjalankan prosedur, cobalah hal berikut : Pelankan aliran cairan, rendahkan botol atau hangatkan air.
4. Pastikan bahwa udara keluar dari selang sebelum menempatkannya pada stoma.
5. Jika airtidak mengalir dengan lancar, cobalah merubah posisi dari kateter, cek selang apabila ada hambatan dan jumlah air dan relaksasi dengan beberapa napas dalam.
6. Jika tidak ada kembalian yang terjadi, cobalah masase dengan lembut abdomen atau meminum cairan.

Pendekan Terhadap Masalah yang Biasanya Terjadi
1. Jika terjadi tumpahan atau bocor pada irigator cobalah :
a. menurunkan jumlah cairan infus
b. Menurunkan jumlah irigan yang digunakan
c. Membatasi seberapa jauh kateter dimasukkan kedalam bowel
d. Memperbolehkan waktu yang lebih lama untuk evakuasi
2. Jika anda menahan untuk membuang air setelah irigasi coba :
a. Rubah posisi
b. Jalan-jalan didaerah sekitar
c. Masase abdomen pelan-pelan
d. Minum sesuatu yang hangat
3. Jika terjadi kembalian anda mungkin butuh pakaian untuk kantong
4. Jika terjadi kembalian setelah terjadi irigator bersih, turunkan frekuensi irigator
5. Jika anda merasa lemah atau letih selama irigasi, hentikan prosedur dan berbaringlah. Apabila kelemahan berkurang, Rrubahlah posisi untuk memudahkan evakuasi
6. Panggil dokter jika kelemahan dan jika masih ragu.
7. Jika anda masih lemah selama irigasi, pakai air hangat pelan-pelan dan coba sisipkan kateter kurang dalam dari stoma, kemudian anda irigasi lain waktu.
8. Jika kelemahan atau letih adalah masalah berkurang, beritahukan dokter anda.

TABEL 56 – 2.Prosedur pembedahan untuk Ca Colorektal diberbagai lokasi
Lokasi tumor : Tumor disisi kanan kolon
Prosedur :
a. Hemikolectomy kanan untuk lesi yang kecil
b. Kolostomi atau Ilestomi ascending kanan untuk lesi yang menyebar luas
c. Cecostomy ( pembukaan dalam sekam untuk menekan usus besar )
Lokasi tumor : Tumor di sisi kiri kolon
Prosedur :
a. Hemikolectomi kiri untuk lesi yang lebih kecil
b. Kolostomy descending kiri untuk lesi yang lebih besar ( Contoh prosedur Hartman )
Lokasi tumor : Tumor kolon sigmoid
Prosedur :
a. Kolectomi sigmoid untuk lesi yang lebih kecil
b. Kolostomi sigmoid untuk lesi yang lebih besar ( contoh prosedur Hartman )
c. Reseksi perineal abdomen besar,tumor sigmoid rendah ( dekat dengan anus ) dengan kolostomi ( rektum dan anus) sama sekali di gerakkan, meninggalkan luka perineal.
Lokasi tumor : Tumor rektal
Prosedur :
a. Reseksi dengan anastomosis / melalui prosedur ( melindungi spicter anus). Dan perlu ekliminasi normal.
b. Reseksi kolon dengankolostomi permanen
c. Reseksi perineal abdomen dengan kolostomi.