Sabtu, 16 Mei 2009

ASKEP GANGGUAN METABOLISME PADA SISTEM MUSKULOSKELETAL


  1. Asuhan keperawatan pada pasien Gout/Pirai

Gout adalah peradangan akibat adanya endapan kristal asam urat pada sendi dan jari.

Patofisiologi

Adanya gangguan metabolisme purin dalam tubuh, intake bahan yang mengandung asam urat tinggi, dan sistem ekskresi asam urat yang tidak adequat akan menghasilkan akumulasi asam urat yang berlebihan di dalam plasma darah (Hiperurecemia), sehingga mengakibatkan kristal asam urat menunpuk dalam tubuh. Penimbunan ini menimbulkan iritasi lokal dan menimbulkan respon inflamasi.

Hiperurecemia merupakan hasil:

- meningkatnya produksi asam urat akibat metabolisme purine abnormal

- menurunnya ekskresi asam urat

- kombinasi keduanya

Gout sering menyerang wanita post menopouse usia 50 – 60 tahun. Juga dapat menyerang laki-laki usia pubertas dan atau usia di atas 30 tahun. Penyakit ini paling sering mengenai sendi metatrsofalangeal, ibu jari kaki, sendi lutut dan pergelangan kaki.

Pengkajian Keperawatan

Riwayat Keperawatan

- Usia

- Jenis kelamin

- nyeri (pada ibu jari kaki atau sendi-sendi lain)

- kaku pada sendi

- aktivitas (mudah capai)

- diet

- keluarga

- pengobatan

- pusing, demam, malaise, dan anoreksi

- takikardi

- pola pemeliharaan kesehatan

- penyakit batu ginjal

Pemeriksaan fisik

- identifikasi tanda dan gejala yang ada peda riwayat keperawatan

- nyeri tekan pada sendi yang terkena

- nyeri pada saat digerakkan

- area sendi bengkak (kulit hangat, tegang, warna keunguan)

- denyut jantung berdebar

- identifikasi penurunan berat badan

Riwayat Psikososial

- cemas dan takut untuk melakukan kativitas

- tidak berdaya

- gangguan aktivvitas di tempat kerja

Pemeriksaan diagnostik

- asam urat

- sel darah putih, sel darah merah

- aspirasi sendi terdapat asam urat

- urine

- rontgen

Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d adanya radang pada sendi

2. Gangguan mobilitas fisik b.d adanya nyeri sendi

3. Potensial terjadi perubahan pola miksi b.d adanya batu atau insufisiensi ginjal

4. Kurang pengetahuan tentang pengobatan dan perawatan di rumah

5. Gangguan integritas kulit b.d tophi (tofi)

6. Resiko : nyeri b.d batu ginjal

Perencanaan dan Implementasi

  1. Gangguan rasa nyaman nyeri

Klien akan menunjukkan tingkat kenyamanan yang lebih baik (rasa nyeri berkurang)

- Istirahatkan sendi yang sakit dan berikan bantal dibawahnya

- Berikan kompres hangat

- Hindarkan factor penyebab munculnya iritasi pada tofi

- Berikan obat sesuai program

- Monitor efek samping obat

  1. Gangguan mobilitas fisik

Pasien akan meningkatkan aktivitas sesuai kemampuan

- anjurkan pasien untuk melakukan gerakan-gerakan bila tidak ada rasa nyeri

- Lakukan ambulasi dengan bantuan missal dengan menggunakan “walker” atau tongkat

- Lakukan ROM secara berhati-hati

  1. Kurang pengetahuan

Pasien dan keluarga akan meningkat pemahaman tentang penyakit gout dan cara perawatannya

- Jelaskan proses perjalanan penyakit

- Berikan jadwal/program pengobatan (nama obat, dosis, tujuan dan efek samping)

- Diskusikan pentingnya diit yang terkontrol

  1. Asuhan keperawatan pada pasien Osteoporosis

Osteoporosis adalah gangguan metabolisme tulang berhubungan dengan usia ditandai adanya demineralisasi tulang yang berakibta menurunnya kepedatan tulang dan fraktur.

Patofisiologi

Masa tulang atau kepadatan tulang mencapai puncak pada usia 30- 35 tahun. Setelah mencapai puncak, tulang akan kehilangan Kalsium dari kortek, jaringan padat, lama kelamaan tulang keropos dan patah. Masa tulang akan menurun secara cepat pada masa postmenopouse

Diperkirakan 50% wanita usia lebih dari 65 tahun memiliki gejala osteoporosis. Osteoporosis dibedakan menjadi dua:

1. Osteopoprosis primer (paling umum) dibedakan menjadi dua (post menopouse terjadi pada usia 55 - 65 tahun & Senil osteoporosis terjadi pada lansia usia > 65 tahun)

2. Osteoporosis sekunder diakibatkan oleh kondisi medis seperti hiperparathyroid, penggunaan kortikosteroid dalam waktu lama dan lain-lain.

Patofisiologi secara pasti masih belum diketahui, namum diperkirakan oleh karena terjadinya penurunan aktivitas osteoblast dan peningkatan osteoklast

Etiology

Penyebab osteoporosis belum diketahui secara pasti, namun diidentifkiasi beberapa factor resiko memiliki andil terhadap terjadinya osteoporosis:

- lebih banyak terjadi pada wanita kulit pu tih, sesudah menopouse

- kurus

- latihan tidak teratur

- malabsorbsi

- diit

- kekurangan protein

- kekurangan protein

- alcohol

- rokok

- kafein

- Heriditer

- Usia Lanjut

Pencegahan

Ditujukan untuk meminimalisasi factor resiko yang mungkin, penekanannya adalah pada 3 faktor yaitu pengobatan, diet, dan latihan

Pengkajian

Riwayat Kesehatan

- usia, jenis kelamin, suku

- bentuk tubuh, Tinggi badan dan Berat Badan

- paparan dengan sinar matahari, rokok, penggunaan alcohol dan rokok

- Diit (Calcium dan Vitamin D)

- Latihan rutin dan type latihan

- Kesehatan sekarang (pengelolaan medis sekarang)

- Pengobatan dahulu dan sekarang

- Keluarga

- Riwayat jatuh atau pergerakan yang tiba-tiba

- Nyeri punggung atau panggul

- Adanya rasa nyeri tekan pada daerah bawah thorak, lumbal

Riwayat Psikososial

- adanya gangguan body image

- ketidakmampuan untuk duduk secara fit

- perubahan pola seksual

- perubahan status psikologi

- cemas dan takut terhadap program pengobatan

Pemeriksaan Fisik

Lakukan penekanan pada punggung apakah ada nyeri tekan

Adanya nyeri pergerakan

Amati adanya kelainan bentuk

Periksa mobilitas

Test Laborat

Tidak ada test laborat definitive untuk menegakkan diagnosa osteoporosis primer.

Test yang dilakukan untuk menegakkan diagnosa osteoporosis sekunder atau gangguan metabolisme tulang adalah serum Calcium, Vit D, Posfor, Alkaline Phosfatase, Calcium dalam Urine, Serum protein, fungsi thyroid.

Test radiology ( CT)

Biopsi tulang

Diagnosa Keperawatan

1. Potensial cedera (fraktur) b.d demineralisasi, jatuh

2. Gangguan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan otot, disfungsi, nyeri otot

3. Nyeri b. d fraktur

4. Intoleran terhadap aktivitas b.d nyeri dan gangguan mobilitas fisik

5. Cemas b.d takut akan terjadi fraktur ulang

6. Konstipasi b.d khyposis berat

7. Tidak efektifnya pola nafas b.d. rusaknya tulang belakang

8. Tidak efektifnya koping individu b.d. perkembangan penyakit kronik, perubahan bentuk tubuh

9. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d tdak adequatnya intake Calcium

10. Gangguan body image b.d kelainan bentuk tulang belakang

11. Gangguan disfungsi seksual b.d nyeri punggung

12. Kurang pengetahuan b.d pengelolaan atau program treatmen

Potensial cedera (fraktur) b.d demineralisasi, jatuh

Tujuan: klien tidak akan mengalami jatuh dan fraktur akibat jatuh

- identifikasi dan hindari lingkungan yang memiliki potensial bahaya

- Ciptakan lingkungan yang bebas dari bahaya untk klien selama di rumah sakit

- Sediakan support ambulasi bila diperlukan

- Ketika membantu melakukan ADL, cegah klien dari bahaya kecelakaan

- Anjurkan untuk tidak melakukan gerakan yang tiba-tiba, tidak mengangkat benda berat

- Ajarkan pentingnya mengkonsumsi makanan yang dapat mengurangi keparahan osteoporosis

- Jelaskan tentang efek samping merokok

Gangguan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan otot, disfungsi, nyeri otot

Tujuan: Klien akan meningkatkan mobilitas fisik sampai batas tidak tergantung dalam memenuhi ADL

- Konsultasikan pada ahli therapy fisik

- Beritahu dan ajarkan pentingnya latihan

- Konsultasikan dengan okupasiterapi

- Ajarkan cara-cara menggunakan alat bantu gerak

Nyeri b. d fraktur vertebrae

Tujuan: Klien akan turun tingkat nyerinya dan tidak tergantung dalam perawatan dirinya

- kaji perlunya digunakan obat anti nyeri

- Pertahankan alat yang digunakan untuk memfiksasi fraktur vertebrae

- Kaji kulit dimana alat dipasang dapat menekan

- Pasang letakkan secara tepat alat yang ada ketika pasien akan bangun dari tempat tidur

- Gunakan lotion untuk mengurangi rasa nyeri bila perlu


ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN DEGENERASI PADA SISTEM MUSKULOSKELETAL

Asuhan keperawatan pada pasien dengan Osteoartrosis

Pengertian

Osteoartrosis/Osteoarthritis atau Degenerative Joint Disease merupakan penyakit kronik noninflamatory degeneration) dan bukan penyakit sistemik yang mengenai tulang dan tulang didekatnya.

Penyakit ini dapat mengenai satu sendi pada paha dan lutut namun dapat pula terjadi pada tulang belakang pada bagian servikal dan lumbosakral, interfalangeal, sendi bahu, dan sendi siku.

Penyebab

Secara pasti penyebab osteoartrosis belum diketahui , namun penyakit ini berhubungan dengan proses ketuaan, trauma, obesitas, stress mekanik, kelainan bawaan, dan kelainan-kelainan metabolic.

Pathofisology

Osteoartrosis ditandai dengan kerusakan dan atau hilangnya secara bertahap jaringan lunak sendi bagian tengah maupun tepi. Dapat berupa Osteoartrosis primer maupun sekunder.

Trauma baik ektrensik maupun intrisk pada kartilago dapat menyebabkan osteoartrosis. Trauma extrensik yaitu akibat adanya fraktur atau ruptur ligamen sedangkan trauma intrisik berupa adanya perubahan metabolisme sendi yang pada akhirnya mengakibatkan tulang rawan mengalami erosi dan kehancuran, tulang menjadi tebal, dan terjadi penyempitan rongga sendi yang menyebabkan nyeri, kaku, kerepitasi, deformitas, adanya hipertrofi atau nodul apad tangan.

Trauma

Perubahan metabolisme sendi

Kerusakan pada membran dan cairan sinovial Kerusakan pada kartilago matrik

Perubahan fungsi sendi

Nyeri

Stres persendian Fibrosis kapsuler kontraktur otot Deformitas sendi

Pengkajian

Riwayat Kesehatan

- usia dan jenis kelamin

- Riwayat pekerjaan

- Riwayat trauma

- Olah raga yang ditekuni saat ini maupun masa lalu

- Riwayat obesitas

- Riwayat keluaraga terkait dengan arthritis

- Penyakit lain yang dialami

Pemeriksaan fisik

- keluhan utama : nyri sendi (hilang pada istirahat dan meningkat saat aktifitas lama-lama saat istirahat)

- Kekakuan otot

- Krepitus

- Merasakan sendi menebal, kaku

- Sendi menebal karena hypertrofi

- Heberden’s node (pada sendi distal interfalangeal)

- Bouchard’s nodes (pada sendi proksimal interfalangeal)

- Kemerahan pada sendi

- Gangguan mobilitas

- Gangguan ADL

DECOMPENSASI CORDIS / PAYAH JANTUNG

DECOMPENSASI CORDIS / PAYAH JANTUNG

BATASAN
Suatu kondisi bila cadangan jantung normal (peningkatan frekwensi jantung, dilatasa, hipertrophi, peningkatan isi sekuncup) untuk berespon terhadap stress tidak adekwat untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh, jantung gagal untuk melakukan tugasnya sebagai pompa, dan akibatnya gagal jantung.

PENYEBAB KEGAGALAN
- Disritmia (bradikardi,tachicardi)
- Malfungsi katub (stenosis katub pulmonal/aortik)
- Abnormalitas otot jantung (kardiomiopati, aterosklerosis koroner)
- Angina pectoris, berlanjut infark miocard akut.
- Ruptur miokard

RESPON TERHADAP KEGAGALAN
A. Peningkatan tonus simpatis
Peningkatan sistem saraf simpatis yang mempengaruhi arteri vena jantung. Akibatnya meningkatkan aliran balik vena ke jantung dan peningkatan kontraksi. Tonus simpatis membantu mempertahankan tekanan darah normal.
B. Retensi air dan natrium
Bila ginjal mendeteksi adanya penurunan volume darah yang ada untuk filtrasi, ginjal merespon dengan manahan natrium dan air dengan cara demikian mencoba untuk meningkatkan volume darah central dan aliran balik vena.

PENGKAJIAN GAGAL JANTUNG
a. Kegagalan ventrikel kiri
Tanda dan gejala :
- Kongesti vaskuler pulmonal
- Dispnoe, nyeri dada dan syok
- Ortopnoe, dispnoe nocturnal paroxismal
- Batuk iritasi, edema pulmonal akut
- Penurunan curah jantung
- Gallop atrial –S4, gallop ventrikel-S1
- Crackles paru
- Disritmia pulsus alterans
- Peningkatan BB
- Pernafasan cyne stokes
- Bukti-bukti radiografi tentang kongesti vaskuler pulmonal
b. kegagalan ventrikel kanan
Tanda dan gejala :
- Cirah jantung rendah
- Distensi vena jugularis
- Edema
- Disritmia
- S3 dan S4 ventrikel kanan
- Hipersonor pada perkusi
- Immobilisasi diafragma rendah
- Peningkatan diameter pada antero posterial

Klasifikasi gagal jantung (menurut Killip)
I. Tidak gagal
II. Gagal ringan sampai menengah
III. Edema pulmonal akut
IV. Syock kardiogenik

Sifat nyeri pada pasien dengan decompensasi cordis
1. Akut
Timbul secara mendadak dan segera lenyap bila penyebab hilang. Ditandai oleh : nyeri seperti tertusuk benda tajam, pucat, disritmia, tanda syock kardiogenik (akral dingin gan perfusi turun)
2. Kronis
Nyeri yang terjadi berkepanjangan hingga berbulan-bulan. Penyebab sulit dijelaskan dan gejala obyektif lidak jelas umumnya disertai dengan gangguan kepribadian serta kemampuan fungsional

Derajat nyeri
I. Ringan : tidak mengganggu ADL dan pasien dapat tidur
II. Sedang : mengganggu ADL dan pasien dapat tidur
III. Berat : mengganggu ADL dan pasien tidak dapat tidur

PENATALAKSANAAN GAGAL JANTUNG
Bertujuan :
A. menurunkan kerja jantung
B. Meningkatkan gurah jantung dan kontraktilitas miocard
C. Menurunkan retensi garam dan air

Pelaksanaannya meliputi :
A. Tirah Baring
Kebutuhan pemompaan jantung diturunkan, untuk gagal jantung kongesti tahap akut dan sulit disembuhkan.
B. Pemberian diuretik
Akan menurunkan preload dan kerja jantung
C. Pemberian morphin
Untuk mengatasi edema pulmonal akut, vasodilatasi perifer, menurunkan aliran balik vena dan kerja jantung, menghilangkan ansietas karena dispnoe berat.
D. Reduksi volume darah sirkulasi
Dengan metode plebotomi, yaitu suatu prosedur yang bermanfaat pada pasien dengan edema pulmonal akut karena tindakan ini dengan segera memindahkan volume darah dari sirkulasi sentral, menurunkan aliran balik vena dan tekanan pengisian serta sebaliknya menciptakan masalah hemodinamik segera.

E. Terapi nitrit
Untuk vasodilatasi perifer guna menurunkan afterload.
F. Terapi digitalis
Obat utama untuk meningkatkan kontraktilitas (inotropik), memperlambat frekwensi ventrikel, peningkatam efisiensi jantung.
G. Inotropik positif
- Dopamin
Pada dosis kecil 2,5 s/d 5 mg/kg akan merangsang alpha-adrenergik beta-adrenergik. Dan reseptor dopamine ini mengakibatkankeluarnya katekolamin dari sisi penyimpanan saraf. Memperbaiki kontraktilitas curah jantung isi sekuncup. Dilatasi ginjal-serebral dan pembuluh koroner. Pada dosis maximal 10-20 mg/kg BB akan menyebabkan vasokonstriksi dan meningkatkan beban kerja jantung.
- Dobutamin
Merangsang hanya betha adrenergik. Dosis mirip dopamine memperbaiki isi sekuncup, curah jantung dengan sedikit vasokonstriksi dan tachicardi.

Tindakan-tindakan mekanis
- Dukungan mekanis ventrikel kiri (mulai 1967) dengan komterpulasi balon intra aortic / pompa PBIA. Berfungsi untuk meningkatkan aliran koroner, memperbaiki isi sekuncup dan mengurangi preload dan afterload ventrikel kiri.
- Tahun 1970, dengan extracorporeal membrane oxygenation (ECMO). Alat ini menggantikan fungsi jantung paru. Mengakibatkan aliran darah dan pertukaran gas. Oksigenasi membrane extrakorporeal dapat digunakan untuk memberi waktu sampai tindakan pasti seperti bedah bypass arteri koroner, perbaikan septum atau transplantasi jantung dapat dilakukan.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan rasa nyaman (nyeri) sehubungan dengan adanya kerusakan miokardium yang luas ditandai dengan adanya kegagalan kompensasi jantung yaitu ; akral dingin, dispnea, pucat, kesadaran menurun, gelisah.

Tujuan :
Gangguan rasa nyaman (nyeri) hilang dalam waktu 1 jam.
Kriteria hasil :
- Nyeri dada hilang
- Pasien tenang
- Pasien merasa nyaman dan tidak cemas

INTERVENSI
1. Lakukan pendekatan terapeutik
2. Jelaskan mengenai penyakit dan tindakan yang akan dilakukan.
3. Tenangkan pasien sehingga tidak cemas akan penyakitnya
4. Tirah baring sesuai dengan keadaan pasien
5. Observasi tanda-tanda vital
6. Kolaborasi dengan team medis untuk pemberian : oksigen, cairan, analgetik central (morphin), terapi digitalis, nitrit dan inotropik positit.

REFERENSI

Lewis T, Disease of The Heart, New York, Macmillan 1993

Morris D. C. et.al, The Recognation and treatment of Myocardial Infarction and It’sComplication.

Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik, edisi VI, volume I : Hudak dan Gallo Hal. 360-379, Penerbit buku kedokteran.

ANGINA PEKTORIS

ANGINA PEKTORIS

  1. PENGERTIAN

1. Angina pektoris adalah nyeri dada yang ditimbukan karena iskemik miokard dan bersifat sementara atau reversibel. (Dasar-dasar keperawatan kardiotorasik, 1993)

2. Angina pektoris adalah suatu sindroma kronis dimana klien mendapat serangan sakit dada yang khas yaitu seperti ditekan, atau terasa berat di dada yang seringkali menjalar ke lengan sebelah kiri yang timbul pada waktu aktifitas dan segera hilang bila aktifitas berhenti. (Prof. Dr. H.M. Sjaifoellah Noer, 1996)

3. Angina pektoris adalah suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan jenis rasa tidak nyaman yang biasanya terletak dalam daerah retrosternum. (Penuntun Praktis Kardiovaskuler)

  1. ETIOLOGI

1. Ateriosklerosis

2. Spasme arteri koroner

3. Anemia berat

4. Artritis

5. Aorta Insufisiensi

  1. FAKTOR-FAKTOR RESIKO

1. Dapat Diubah (dimodifikasi)

a. Diet (hiperlipidemia)

b. Rokok

c. Hipertensi

d. Stress

e. Obesitas

f. Kurang aktifitas

g. Diabetes Mellitus

h. Pemakaian kontrasepsi oral

2. Tidak dapat diubah

a. Usia

b. Jenis Kelamin

c. Ras

d. Herediter

e. Kepribadian tipe A

  1. FAKTOR PENCETUS SERANGAN

Faktor pencetus yang dapat menimbulkan serangan antara lain :

1. Emosi

2. Stress

3. Kerja fisik terlalu berat

4. Hawa terlalu panas dan lembab

5. Terlalu kenyang

6. Banyak merokok

  1. GAMBARAN KLINIS

1. Nyeri dada substernal ataru retrosternal menjalar ke leher, tenggorokan daerah inter skapula atau lengan kiri.

2. Kualitas nyeri seperti tertekan benda berat, seperti diperas, terasa panas, kadang-kadang hanya perasaan tidak enak di dada (chest discomfort).

3. Durasi nyeri berlangsung 1 sampai 5 menit, tidak lebih daari 30 menit.

4. Nyeri hilang (berkurang) bila istirahat atau pemberian nitrogliserin.

5. Gejala penyerta : sesak nafas, perasaan lelah, kadang muncul keringat dingin, palpitasi, dizzines.

6. Gambaran EKG : depresi segmen ST, terlihat gelombang T terbalik.

7. Gambaran EKG seringkali normal pada waktu tidak timbul serangan.

  1. TIPE SERANGAN

1. Angina Pektoris Stabil

  • Awitan secara klasik berkaitan dengan latihan atau aktifitas yang meningkatkan kebutuhan oksigen niokard.
  • Nyeri segera hilang dengan istirahat atau penghentian aktifitas.
  • Durasi nyeri 3 – 15 menit.

2. Angina Pektoris Tidak Stabil

  • Sifat, tempat dan penyebaran nyeri dada dapat mirip dengan angina pektoris stabil.
  • Adurasi serangan dapat timbul lebih lama dari angina pektoris stabil.
  • Pencetus dapat terjadi pada keadaan istirahat atau pada tigkat aktifitas ringan.
  • Kurang responsif terhadap nitrat.
  • Lebih sering ditemukan depresisegmen ST.
  • Dapat disebabkan oleh ruptur plak aterosklerosis, spasmus, trombus atau trombosit yang beragregasi.

3. Angina Prinzmental (Angina Varian).

  • Sakit dada atau nyeri timbul pada waktu istirahat, seringkali pagi hari.
  • Nyeri disebabkan karena spasmus pembuluh koroneraterosklerotik.
  • EKG menunjukkan elevaasi segmen ST.
  • Cenderung berkembang menjadi infaark miokard akut.
  • Dapat terjadi aritmia.

  1. PATOFISIOLOGI DAN PATHWAYS

Mekanisme timbulnya angina pektoris didasarkan pada ketidakadekuatan suply oksigen ke sel-sel miokardium yang diakibatkan karena kekauan arteri dan penyempitan lumen arteri koroner (ateriosklerosis koroner). Tidak diketahui secara pasti apa penyebab ateriosklerosis, namun jelas bahwa tidak ada faktor tunggal yang bertanggungjawab atas perkembangan ateriosklerosis. Ateriosklerosis merupakan penyakir arteri koroner yang paling sering ditemukan. Sewaktu beban kerja suatu jaringan meningkat, maka kebutuhan oksigen juga meningkat. Apabila kebutuhan meningkat pada jantung yang sehat maka artei koroner berdilatasi dan megalirkan lebih banyak darah dan oksigen keotot jantung. Namun apabila arteri koroner mengalami kekauan atau menyempit akibat ateriosklerosis dan tidak dapat berdilatasi sebagai respon terhadap peningkatan kebutuhan akan oksigen, maka terjadi iskemik (kekurangan suplai darah) miokardium.

Adanya endotel yang cedera mengakibatkan hilangnya produksi No (nitrat Oksid0 yang berfungsi untuk menghambat berbagai zat yang reaktif. Dengan tidak adanya fungsi ini dapat menyababkan otot polos berkontraksi dan timbul spasmus koroner yang memperberat penyempitan lumen karena suplai oksigen ke miokard berkurang. Penyempitan atau blok ini belum menimbulkan gejala yang begitu nampak bila belum mencapai 75 %. Bila penyempitan lebih dari 75 % serta dipicu dengan aktifitas berlebihan maka suplai darah ke koroner akan berkurang. Sel-sel miokardium menggunakan glikogen anaerob untuk memenuhi kebutuhan energi mereka. Metabolisme ini menghasilkan asam laktat yang menurunkan pH miokardium dan menimbulkan nyeri. Apabila kenutuhan energi sel-sel jantung berkurang, maka suplai oksigen menjadi adekuat dan sel-sel otot kembali fosforilasi oksidatif untuk membentuk energi. Proses ini tidak menghasilkan asam laktat. Dengan hilangnya asam laktat nyeri akan reda.


  1. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL

1. Nyeri akut berhubungan dengan iskemik miokard.

2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan berkurangnya curah jantung.

3. Ansietas berhubungan dengan rasa takut akan ancaman kematian yang tiba-tiba.

4. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kodisi, kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.

  1. FOKUS INTERVENSI

1. Nyeri akut berhubungan dengan iskemik miokard.

Intervensi :

  • Kaji gambaran dan faktor-faktor yang memperburuk nyeri.
  • Letakkan klien pada istirahat total selama episode angina (24-30 jam pertama) dengan posisi semi fowler.
  • Observasi tanda vital tiap 5 menit setiap serangan angina.
  • Ciptakanlingkunan yang tenang, batasi pengunjung bila perlu.
  • Berikan makanan lembut dan biarkan klien istirahat 1 jam setelah makan.
  • Tinggal dengan klien yang mengalami nyeri atau tampak cemas.
  • Ajarkan tehnik distraksi dan relaksasi.
  • Kolaborasi pengobatan.

2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kurangnya curah jantung.

Intervensi :

  • Pertahankan tirah baring pada posisi yang nyaman.
  • Berikan periode istirahat adekuat, bantu dalam pemenuhan aktifitas perawatan diri sesuai indikasi.
  • Catat warna kulit dan kualittas nadi.
  • Tingkatkan katifitas klien secara teratur.
  • Pantau EKG dengan sering.

3. Ansietas berhubungan dengan rasa takut akan ancaman kematian yang tiba-tiba.

Intervensi :

  • Jelaskan semua prosedur tindakan.
  • Tingkatkan ekspresi perasaan dan takut.
  • Dorong keluarga dan teman utnuk menganggap klien seperti sebelumnya.
  • Beritahu klien program medis yang telah dibuat untuk menurunkan/membatasi serangan akan datang dan meningkatkan stabilitas jantung.
  • Kolaborasi.

4. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kodisi, kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.

Intervensi :

  • Tekankan perlunya mencegah serangan angina.
  • Dorong untuk menghindari faktor/situasi yang sebagai pencetus episode angina.
  • Kaji pentingnya kontrol berat badan, menghentikan kebiasaan merokok, perubahan diet dan olah raga.
  • Tunjukkan/ dorong klien untuk memantau nadi sendiri selama aktifitas, hindari tegangan.
  • Diskusikan langkah yang diambil bila terjadi serangan angina.
  • Dorong klien untuk mengikuti program yang telah ditentukan.




DAFTAR PUSTAKA

  1. Corwin, Elizabeth, Buku Saku Patofisiologi, Jakarta, EGC, 2000.

  1. Chung, EK, Penuntun Praktis Penyakit Kardiovaskuler, Jakarta, EGC, 1996

  1. Doenges, Marylinn E, Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta, EGC, 1998

  1. Engram, Barbara, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah volume 2, Jakarta, EGC, 1998

  1. Long, C, Barbara, Perawatan Medikal Bedah 2, Bandung, IAPK, 1996

  1. Noer, Sjaifoellah, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta, FKUI, 1996

  1. Price, Sylvia Anderson, Patofisiologi Buku I Jakarta, EGC, 1994

  1. ……., Dasar-dasar Keperawatan Kardiotorasik (Kumpulan Bahan Kuliah edisi ketiga),Jakarta : RS Jantung Harapan Kita, 1993.

  1. Tucker, Susan Martin, Standar Perawatan Pasien Volume I, Jakarta, EGC, 1998

  1. Underwood, J C E, Pathologi Volume 1 , Jakarta, EGC, 1999